Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Bonjovi, Konsumerisme & Kebangkrutan

10 Maret 2015   16:51 Diperbarui: 17 Juni 2015   09:51 91 1
WHAT DO YOU GOT ? generasi Amerika sekarang adalah generasi yang SANGAT KONSUMTIF demikianlah kira-kira judul dan makna isi lagu BONJOVI yang terbaru, sebuah grup musik beraliran keras (hard rock) yang berasal dari Amerika dan cukup memukau kawula muda pada era tahun 90an. Siapapun paham pada saat ini bahwa Amerika sebagai sebuah negara dan bangsa sedang di persimpangan jalan dan sedang berupaya keras untuk memulihkan kembali ekonominya yang CARUT MARUT, kecuali kawula muda yang KUPENG (kurang pengetahuan) dan gila AMERIK. PENGANGGURAN bertambah, BANK banyak yang tutup, DAYA BELI masyarakat menurun, DAYA SAING INDUSTRI menurun secara global, itulah yang terjadi di Amerika saat ini kemudian yang terakhir adalah mencetak uang untuk memulihkan perekonomiannya guna mendanai defisit anggaran yang terjadi terus menerus selama 10 tahun terakhir. Di bidang perekonomian saingan terbesar Amerika saat ini adalah Cina disamping negara-negara lain seperti Jerman, Brasil, Rusia dan India. Amerika dalam 30 tahun terakhir telah menggeser pola perekonomiannya dari yang bersifat PRODUKTIF dan INOVATIF kepada pola yang bersifat KONSUMTIF. Untuk itu pemerintahannya selama ini selalu memelihara KEBIJAKAN ANGGARAN NEGARA DEFISIT dengan asumsi bahwa defisitnya sebuah anggaran negara adalah sebuah hal yang wajar guna membiayai pertumbuhan ekonomi untuk kemakmuran rakyatnya. Anggaran defisit ini ditutupi dengan cara berhutang kepada rakyatnya ataupun negara-negara lain melalui penjualan Surat-Surat Utang Negara (SUN) Perekonomian Amerika secara alamiah dalam 30 tahun terakhir sebetulnya diwarnai atau dibentuk oleh Dua Kutub yaitu Kutub SILICON VALLEY (Pusat Teknologi Informasi) sebagai kelanjutan DETROIT (Pusat Industri Mobil) kemudian yang lainnya adalah Kutub WALL-STREET (Pusat Perdagangan Saham dan Uang). Detroit dan Silicon Valley adalah kutub yang mendorong bangsa Amerika untuk menjadi PRODUKTIF dan INOVATIF. Kutub inilah sebetulnya memakmurkan & mensejahterakan rakyat Amerika dan kutub ini pulalah sebetulnya membuat bangsa Amerika menjadi no.1 di bidang perekonomian dan industri, sedangkan Wall Street adalah kutub yang menarik bangsa Amerika untuk lebih KONSUMTIF dan BOROS dalam memanfaatkan hasil kemakmurannya. Siapapun tahu bahwa para eksekutif Wall Street terutama dari kalangan Investment Banker memiliki gaji & bonus tahunan 3 kali lipat lebih besar dari eksekutif kalangan Silikon Valley maupun Detroit, sebagai perbandingan gaji & tunjangan tahunan Steve Ballmer, CEO Microsoft Pengganti Bill Gates adalah 5-6 juta dollar/tahun, sedangkan gaji dan tunjangan Richard Fuld Jr, CEO Lehman Brother, salah satu Bank Investasi Amerika yang akhirnya bangkrut pada akhir tahun 2009 adalah sebesar 12-16 juta/tahun. Sehingga sudah menjadi rahasia umum bahwa saat ini kehidupan para eksekutif Bank Investasi di Wall Street adalah sangat HEDON dan GREEDY yang tidak tertandingi oleh perusahaan manapun ataupun profesi apapun di dunia, inilah awal muasal yang membuat Amerika kehilangan daya saing dan terjadinya krisis ekonomi global. MENYALAHKAN CINA Sehingga tidak heran bila saat ini, di forum-forum internasional seperti World Economic Forum atau G-20 Summit yang sedang berlangsung saat ini di Seoul, terjadi saling salah menyalahkan atau saling tekan menekan antara pemerintah Amerika dan pemerintah Cina, dalam konteks mencari penyebab dan solusi krisis ekonomi global. Serta tidak heran pula bila para FINANCIALIST ECONOMIST Amerika mengatakan secara vulgar bahwa  pemerintah Cina adalah MANIPULATOR DUNIA. Ungkapan-ungkapan vulgar ini sama saja artinya dengan mengatakan bahwa sebetulnya BANGSA KONSUMTIF telah KALAH BERSAING dengan BANGSA PRODUKTIF tetapi tidak pernah mau mengakuinya, tetapi selalu menyalahkan pihak lain. Perkembangan terakhir, akhirnya pemerintah Amerika mencetak uang dollar Amerika senilai 600 Milyar dengan tujuan untuk melemahkan nilai mata uangnya terhadap mata uang Cina (Yuan) dan juga untuk menyuntik perekonomian dalam negerinya. Dengan harapan agar harga barang-barang Amerika menjadi lebih murah dan harga barang-barang Cina menjadi lebih mahal, sehingga akan memperkecil defisit neraca perdagangannya dengan Cina.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun