Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Keputusan

6 Juni 2013   13:38 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:27 156 1
Perempuan dengan blazer oranye segar itu melangkah percayadiri keluar dari lift basement. Meski sudah suntuk, pantang baginya terlihat lesu. Saat menemukan Altis hitamnya, ia langsung menarik gas dan membawa sedan itu meluncur menerobos gemericik hujan. Dari balik kemudi, wanita berusia 28 tahun itu bisa melihat keremangan disekitarnya. Klakson yang sahut-menyahut, hilir mudik penjaja minuman bersoda dan makanan ringan, juga polisi berjas hujan dengan palang hitamnya menambah ruwet lalu lintas yang sudah macet.

Menengadah hanya akan menemukan langit turut suntuk. Kulitnya yang keriput dan berwarna gelap sama sekali tak menghibur hati yang dasarnya kelabu. Padahal, langit sudah mendung sejak tadi pagi. Rupanya sampai senja-pun ia belum mau membiarkan bumi kering. Biarkanlah! Mungkin sudah waktunya.

Sudah waktunya...

Apa ini juga sudah tiba waktuku?

****

Kemana Vanya?

Kara gelisah menunggui layar ponselnya yang tak juga berkedip. Sudah dua jam ia menunggu balasan dari pesan singkat yang dikirimnya untuk Vanya. Apa mungkin Vanya masih tidur? Ah, tapi Vanya itu workaholic. Biar kata hari libur begini, ia pasti sudah bangun pagi dan bergelut dengan softcopy dokumen-dokumen saham yang harus ia pelajari di laptopnya. Kemana sih si cerewet satu ini?

Di bumi Tangerang ini Kara hanya memiliki Vanya. Kakak satu-satunya, anak pertama mama-papanya, sahabat yang tak pernah membiarkannya sendiri meski sibuk dengan urusan kantor. Sudah 1 tahun terakhir ini mereka tak bertemu. Vanya difasilitasi apartemen oleh kantornya di Jakarta dan tidak bisa membawa serta Kara karna sekolahnya terletak di Tangerang. Hanya ponsel dan social network yang menghubungkan mereka. Orangtuanya mempercayakan Kara untuk tinggal sendiri karna mereka menganggap putri bungsunya sudah harus melatih diri untuk persiapan kost saat kuliah nanti. Jadi, sejak masuk SMA, mama-papa membiarkan Kara tinggal dengan kakaknya.

Sepi sekali. Tinggal seorang diri itu sangat kesepian. Tapi sejak ada Ata, Kara tidak lagi kesepian. Makanya dia sudah jarang mengganggu kakaknya dengan curhatan mengenai sekolah dan kegiatan organisasinya. Kehadiran Ata sudah lebih dari cukup sebagai kakak, sahabat, penasehat, dan juga kekasih.

Sedihnya, Ata yang kini menduduki tahun ke dua kuliahnya mulai disibukkan dengan kegiatan organisasi jurusannya. Apalagi setelah Ata menang aklamasi ketua BEM jurusan tahun lalu. Rasanya makin sulit saja mencuri waktu untuk sekedar hang out.

Ata selalu pulang jam 10 malam. Setelah membalas 10-15 SMS Kara, ia pasti sudah jatuh tertidur. Dan sangat pulas. Paginya Ata harus mengantar mama-nya kepasar, kemudian membantu ayahnya di bengkel dan pulangnya langsung mandi untuk bersiap ke kampus. Dihitung-hitung, cuma ada 5 jam per hari mereka berkomunikasi secara intens. Itupun kalo Kara beruntung, kalo tidak, ya buntung.

Makanya, Kara senang sekali waktu Ata bisa meluangkan waktu untuknya selama beberapa jam saat ia datang ke kampus Ata untuk melamar menjadi mahasiswa disana. Sebenarnya, Ata selalu bisa meluangkan waktu untuknya, hanya saja Kara selalu merasa tidak cukup dengan apa yang sudah Ata berikan untuknya. Dia iri dengan teman-temannya yang memiliki pacar setia setiap saat macam Rexona. " Jadi, jangan samakan aku dengan mereka yang aktivitas-nya gak banyak dong, yang.. " begitu komentar Ata saat Kara memprotesnya.

Childish sekali memang si Kara itu. Untung saja Ata tipikal orang yang tak terlalu ambil pusing dalam menghadapi batu kerikil dalam hubungan mereka. Tersandung sedikit tak apalah, tapi Ata sangat berhati-hati, dan belum pernah jatuh. Kara saja yang sering komen ini-itu. Rungsing sendiri. Nangis sendiri. Ngomel sendiri. Cemburuan sama waktu. Labil. Hahhh wanita, sulit ditebak seperti Merapi, begitu perumpamaan dari Ata.

Sudah setahun.. tak terasa ya? Padahal rasanya baru kemarim Kara bertemu Ata di stand bazar festival sekolahnya. Gak sangka, sejutek itu Kara bisa luluh. Padahal Ata cuma model perhatian dan jadi penasehat yang selalu ada mendengar keluh-kesah Kara. Yaa pada hakikatnya memang cuma perhatian yang bisa menghubungkan dua hati, bahakan yang bertolak belakang sekalipun.

Kara ingat, saat awal hubungan mereka dulu, ia sering membandingkan sosok Ata dengan mantan pacarnya, Reza. Reza kaya, tampan, populer... Ata sederhana, cerdas, dan apa adanya... Reza selalu pakai motor keren.. Ata cuma bawa ongkos angkutan umum... Reza selalu ngajak makan direstoran.. Ata cuma ngajak makan mie ayam pinggir jalan... Reza suka main perempuan... Ata suka Kara apa adanya. Yahhh namanya juga pilihan. Mau tidak mau Kara harus memilih yang terbaik. Hidup senang tapi dipermainkan, atau hidup prihatin tapi penuh perhatian. Dan pilihan Kara sudah cukup membahagiakannya sekarang.

Bersama Ata, Kara menemukan cara lain untuk menikmati hidup, menertawakan diri sendiri, menjalani hari tanpa beban. Ata mengajarkannya banyak hal, banyak hikmah, banyak cinta .. yang ternyata tak selalu putih.

Aku tak ingin mencuri iman-mu

itu larik terpenting dari puisi yang dulu ditulisnya untuk Ata. Niat awal Kara menyayangi Ata. Niat Kara untuk mengajak Ata hijrah bersama dari masa lalu mereka yang kurang mengingat Tuhan. Mereka mulai saling mengingatkan dalam ibadah, dalam syariat, dalam dunia religi mereka yang seiman. Tapi baru sebentar saja Kara sudah melupakan niat awal itu. Sebentar saja, hanya 4 bulan.

Benar apa kata orang. Entah hadist atau bukan, Kara tak ingat.

Kalau ada dua orang lawan jenis berduaan, maka yang ketiga adalah setan.

Kara tak menghendaki itu terjadi, tiba-tiba mereka sudah hanyut dalam lengan yang saling mendekap. Tak ada suara, hanya ada deru nafas dan bisikan setan yang mematikan tapi terdengar syahdu. Tak perlu dinding berlapis emas dengan ranjang empuk bak kamar Raja, cukup ruangan sebesar 4 x 4 m, spring bed dan kipas angin, kenikmatan itu mereka capai berdua. Kemudian setan bersorak gembira. Ada tamu yang sudah booking satu kamar di neraka. Teman satu neraka bertambah.

Sesal sudah pasti. Tapi jaminan untuk tidak mengulangi lagi, mana mungkin. Ibarat makanan, kalo udah nyoba sekali pasti ketagihan. Yah, macam narkoba begitu lah!

Itu baru bulan keempat, sekarang sudah hampir setahun. Sudah berapa kali Kara dan Ata membuat setan bersorak gembira? Kara takut. Sangat takut. Takut Tuhan marah, takut Tuhan menutup ampunan Nya. Ia sujud berkali-kali, menangis dihamparan sajadah pada tengah malam. Membaca Kitab Suci sambil meresapi maknanya, dan setelah bertemu Ata, lupa sudah Kara pada permohonan maaf nya yang belum tentu diterima Tuhan. Maka wajar, kalau banyak buku yang mengulas tentang banyaknya jumlah wanita di neraka yang melebihi pria. Dan Kara yakin, ia salah satu dari jutaan perempuan itu.

Sekarang bagaimana? Walaupun Ata berkali-kali meyakinkan Kara bahwa ia tidak akan meninggalkan Kara, tetap saja rasa khawatir dan takut itu hadir. Apalagi setelah 2 garis ini muncul meskipun Kara sudah berkali-kali ganti dengan testpack yang baru. Ia tetap mendapati dirinya hamil. Bukan di dunia mimpi, ini dunia nyata.

Layar ponselnya berkedip. Nama Vanya tertera disana.

" Ada apa de?"

"Kak, elo bisa pulang sekarang?"

"Kenapa? Suara lo koq serak gitu? nangis lo ya? berantem? putus?"

"Lebih buruk dari itu ka!" dan saat mengatakan kenyataannya, 1 jam kemudian Vanya sudah berdiri didepan pintu rumah mereka.

Ketika mendapati kakak nya berdiri di ambang pintu sambil menatapnya sendu, Kara langsung menghambur kepelukan kakaknya. Vanya membalas pelukan Kara sambil ikut menangis. " Ini salah gue de. Gue ninggalin lo sendirian disini. Gue ngebiarin lo kemana-mana sendiri. Gue gak jagain lo. Gue.. hiks..hiks.. "

Lama mereka berpelukan sambil menangis. Lupa, kalau menangis atau emosi apapun itu, takkan bisa menyelesaikan masalah besar yang sudah ada dihadapannya.

"Ata ya?" tanya Vanya memastikan dan dijawab Kara dengan anggukan. " Terus, sekarang lo mau gimana de?"

Kara menatap Vanya lama. Berpikir.. untuk apa berpikir? Toh dipikir berulang kalipun tetap sama hasilnya. Ia tidak akan mengubah keputusannya. Keputusan yang sudah diperkirakannya sejak lama, sebelum dua garis sialan itu muncul di setiap testpacknya.

to be continued...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun