Perempuan dalam pasar tenaga kerja adalah perempuan yang melibatkan diri dalam struktur pasar, yakni struktur yang mendukung berlakunya nilai tukar. Yang sering terjadi, tanpa disadari perempuan telah menjadi nilai tukar itu sendiri. Kehadirannya bak barang penyedap yang harus selalu ada dalam setiap urusan bisnis. Pendeknya, ia bak barang itu sendiri. Di TV-TV ada iklan minyak pelumas dengan perempuan yang terbuka roknya. Padahal ngga ada korelasi sama sekali antara perempuan dengan olie. Itu hanya sebagian kecil contoh saja.
Persoalannya bukan lagi dimana seorang perempuan ditempatkan, tetapi bagaimana seorang perempuan harus selalu berusaha menempatkan diri pada puncak fungsi kesadarannya di depan Yang Empunya Semesta. Maka kehadirannya di sektor publik tentu saja bukan untuk memperteguh otoritas material dalam mekanisme pasar. Sebaliknya, misi kehadirannya adalah untuk mendidik setiap person yang terlibat dalam mekanisme pasar itu agar dapat menemukan kembali dimensi-dimensi spiritual dari kerja-kerjanya. Setiap perempuan yang bekerja di sektor publik, apakah sebagai pendidik, pegawai, ataukah sebagai marketing, haruslah sebagai penyampai kebenaran, seorang mubalighah!
Fungsi menyampaikan kebenaran ini tidak harus melalui ceramah atau kutbah. Tetapi sebenarnya, seorang pegawai kantor perempuan yang dapat berpakaian sopan, menahan pandangan, bekerja dengan efisien dan rajin menegakkan sholat, sesungguhnya telah bertablig dengan sikapnya. Seorang perempuan yang melakukan perdagangan dengan jujur dan mampu berpuasa dari kehendaknya menumpuk kekayaan, juga telah bertablig. Insyaallah begitu!
Salam Kompasiana,
Malika D. Ana
(Tulisan yang sama bisa dilihat di www.katarsisalamalika.wordpress.com)