Arti perkata: Ininnawa (hasrat hati) / mapato (tunduk dan patuhlah) / ko (kau) // alai (ambil ia) / pakkawaru (sebagai bentuk pengabdianmu) // toto (nasib) / teng (takkan) / lésang (bergeser/berubah)/mu (milikmu).
Galigo ini tak membutuhkan interpretasi konotatif. Setiap katanya mudah dimengerti. Meski beberapa kata sudah menjadi arkaik, seperti ininnawa, pakkkawaru, dan lésang.
Galigo ini bermakna anjuran untuk senantiasa mengendalikan hasrat hati sebagai bentuk ketundukan pada takdir (toto) yang digariskan oleh Patotoé (Maha Penentu Takdir).
Berpasrah pada garis nasib adalah sebuah prinsip yang sama kuatnya dengan anjuran untuk berikhtiar tanpa kenal menyerah. Berpasrah bukan menyerah, melainkan kepatuhan yang patut untuk dipersembahkan kepada Tu(h)an.
Ketundukan per se ini menjadi kerangka dasar mengapa kesetiaan seorang Bugis tak pantas diragukan. Karena berkhidmat pada takdir adalah jalan hidup agar kita tidak terjerembab pada ceruk dalam takdir buruk (toto macilaka).