Di sebuah desa kecil, seorang anak berjuang menyeberangi sungai setiap pagi untuk mencapai sekolahnya yang hanya berupa bangunan sederhana dengan papan tulis tua dan kursi yang sudah reyot. Sementara itu, di kota besar, anak-anak belajar di ruang kelas modern dengan akses internet cepat dan buku pelajaran lengkap. Perbedaan ini menggambarkan ironi dalam sistem pendidikan Indonesia yang terus diupayakan maju, tetapi sering terhambat oleh ketimpangan. Meski anggaran pendidikan meningkat dan kebijakan silih berganti, kenyataanya prestasi siswa Indonesia di tingkat internasional masih tertinggal. Apakah ini sepenuhnya tanggung jawab pemerintah, atau ada peran lain yang terlewatkan dari guru, masyarakat, bahkat kita semua? Artikel ini akan mengulas tidak hanya akar masalah yang menyebabkan stagnasi ini, tetapi juga potensi langkah-langkah konkret yang dapat dilakukan bersama untuk memastikan masa depan pendidikan Indonesia menjadi lebih cerah.
KEMBALI KE ARTIKEL