Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Sekilas Tentang Madrasah Darul Ulum Zakariyya, Pesantrennya Almarhum Zainal Nurizky

30 Mei 2013   17:06 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:47 3715 1

Nun jauh disana di sebuah tempat di negara Afrika Selatan, tepatnya di kawasan Lenasia kira-kira 20 kilometer sebelah selatan kota Johannesburg, berdiri sebuah madrasah bernama Darul Ulum Zakariyya.

Beberapa hari ini nama madrasah ini sering disebut berkaitan dengan meninggalnya salah satu santrinya yang berasal dari Indonesia, Zainal Nurizky, yang kebetulan adalah putra dari mantan Pangab Wiranto. Dia meninggal dalam usia 23 tahun setelah menderita sakit selama beberapa hari dan langsung dimakamkan di tempat tersebut.

Banyak komentar di beberapa media online berkenaan dengan meninggalnya Zainal Nurizky tersebut. Dari mulai kenapa anak jendral kok tidak disekolahkan tetapi malah dimasukkan ke madrasah yang lulusannya “tidak” menjanjikan karier dan keduniaan. Terus kenapa juga dia memilih pesantren di Afrika Selatan, sebuah tempat yang hampir tidak pernah dibicarakan sebagai tempat untuk studi keislaman. Bukankah di Indonesia sendiri juga banyak pesantren semacam itu? Pertanyaan lain lagi, kenapa Pak Wiranto tidak meminta jenazah anaknya untuk dipulangkan ke Indonesia, sedangkan para jasad TKI saja biasanya dipulangkan? Apakah Pak Wiranto tidak sayang pada anak lelaki satu-satunya itu ?

Untuk masalah kenapa jenazah tidak dibawa pulang, Pak Wiranto telah memberikan penjelasan langsung.  Setelah mempertimbangkan berbagai hal, termasuk dari sudut agama, kepraktisan dan lain-lainnya, beliau memutuskan bahwa jenazah Zainal Nurizky tetap dikuburkan di tempat dimana ia meninggal. Mudah-mudahan Allah SWT melapangkan kubur almarhum Zainal Nurizky dan menempatkannya di tempat yang mulia, Amin.

Untuk pertanyaan yang lainnya, saya yakin almarhum Zainal Nurizky punya alasan sendiri yang cukup kuat kenapa dia sampai memilih nyantri di madrasah tersebut dan tidak pada madrasah yang lain.

Lewat tulisan singkat ini, saya ingin menulis sekilas tentang madrasah tersebut. Bahan-bahan tulisan ini saya ambil dari berbagai sumber, antara lain dari website resmi madrasah tersebut.

Darul Ulum Zakariyya didirikan pada tahun 1983 dengan jumlah santri pertamanya  35 anak. Saat itu fasilitas madrasah yang berdiri di atas tanah seluas 10 ha tersebut masih sangat minim. Untuk belajar, para santri masih harus belajar di bawah pohon, sementara untuk tempat istirahat disediakan sebuah rumah yang cukup besar.

Tahun berikutnya, jumlah santri bertambah menjadi 100 anak, dibawah bimbingan 6 ustadz dan dibagi menjadi 6 kelas. Pada tahun-tahun berikutnya madrasah ini terus berkembang. Pada tahun 1991, kelas Daurah Hadits mulai dibuka setelah beberapa santri dari madrasah ini menyelesaikan pendidikan tingkat lanjut di beberapa madarasah di India dan Pakistan.

Secara garis besar, jurusan di madrasah ini dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas Tahfidz dan kelas ‘Alim. Kelas Tahfidz disiapkan untuk menghasilkan para hafidz, penghafal Alquran. Para hafidz ini sangat penting keberadaannya untuk menjaga kemurnian dan kesucian Alquran. Jadi disamping dicetak dalam bentuk mushaf, alquran juga tersimpan di dada para hafidz.

Sementara kelas ‘Alim disiapkan untukmelahirkan ulama-ulama yang mumpuni dan mampu membimbing umat agar kehidupannya selaras dengan kaidah-kaidah agama. Kepada mereka lah umat akan meminta nasihat dan bimbingan dalam mengahadapi problematika hidup dan mencari jalan pemecahannya.

Saat ini antri yang belajar di madrasah ini berjumlah 715 santri, 300 satri berasal dari Afrika Selatan sendiri, sisanya berasal dari 56 negara di antaranya dari Amerika Serikat, Australia, Kenya, Turjikistan, Vietnam, Thailand, Malaysia, termasuk Indonesia. Untuk kelas belajar, saat ini 300 santri mengambil kelas Hafizd, sisanya mengambil kelas ‘Alim. Hingga saat ini, madrasah ini telah melahirkan ribuan hafidz, ulama dan qari yang tersebar di seluruh penjuru dunia.

Masa pendidikan di madrasah ini sekitar 7 tahun. Selama masa belajar di madrasah, para santri juga aktif diterjunkan dalam kegiatan dakwah dan tabligh di lingkungan sekitar madrasah. Setelah menyelesaikan masa pendidikan, mereka biasanya diminta untuk melakukan perjalanan dakwah dan tabligh ke beberapa negara selama satu tahun.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun