Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Artikel Utama

Ikut Berduka atas Matinya Ponsel Pintar Nokia

12 November 2014   19:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:58 1640 9

Kematian ponsel pintar Nokia terjadi setelah Microsoft, selaku pemilik merek Nokia, secara resmi memutuskan meninggalkan brand legendaris tersebut. Ditandai dengan dirilisnya ponsel baru dengan merk Microsoft Lumia 535. Tak ada lagi embel-embel Nokia pada ponsel Lumia seperti selama ini.

Nokia pernah merajai dunia ponsel selama lebih dari sepuluh tahun. Dulu, rilis ponsel pintar Nokia selalu ditunggu-tunggu orang, terutama ketika sistem operasi Symbian masih meraja lela. Produk Nokia dengan model seperti Nokia E 63, Communicator, E 72 dan sebagainya telah menjadi legenda dalam dunia perponselan.

Ada kebanggaan tersendiri setiap kali memegang ponsel-ponsel pintar tersebut. Apalagi harganya juga bisa sampai 10 juta rupiah. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa memegang ponsel cerdas tersebut.

Nokia bukan termasuk 'korban' pertama dalam kompetisi ponsel cerdas yang sangat sengit. Beberapa merk lain juga sudah berguguran sebelumnya, seperti merk Ericsson dan Siemens.

Ponsel Nokia sebenarnya juga tidak mati sepenuhnya. Microsoft masih akan memakainya untuk jenis feature phone, ponsel dengan fitur-fitur sederhana untuk kelas low end.

***

Dalam sejarah kepemilikan ponsel, saya pernah tiga kali memiliki ponsel bermerk Nokia. Yang pertama adalah Nokia 5110, ponsel ini sering disebut sebagai ponsel sejuta umat, ponsel yang  sangat populer pada jamannya, sepopuler dai sejuta umat, KH Zainudin MZ.

Ponsel tersebut saya beli pada tahun 2000. Penggunaannya terutama untuk keperluan dinas. Ketika itu saya harus selalu dalam posisi siap dihubungi selama 24 jam. Pagi, sore, siang maupun malam.

Penggunaan untuk keperluan pribadi masih sangat terbatas, karena waktu itu yang punya ponsel masih bisa dihitung dengan jari. Harga kartu perdana masih cukup mahal, bisa sampai ratusan ribu rupiah. Kirim sms juga mahal, sekali kirim biayanya 500 rupiah. Biaya koneksi telpon apalagi, masih cukup mahal untuk ukuran saya. Setiap kali habis kirim sms atau menelpon orang lain, biasanya saya selalu mengecek sisa pulsa yang tersedia.

Riwayat ponsel tersebut, berakhir ketika saya pindah tugas ke tempat lain. Ponsel tersebut saya hadiahkan kepada seorang rekan kerja saya.

Ponsel Nokia kedua yang saya punyai adalah Nokia N78. Pada jamannya, ponsel tersebut termasuk kelas premium. Ponsel ini merupakan hadiah dari bos saya. Ceritanya ponsel saya dicopet saat saya naik KRL jurusan Depok - Jakarta. Karena dia termasuk kerap membutuhkan saya, dia berbaik hati membelikan ponsel tersebut.

Yang saya suka dari ponsel ini antara lain adalah disainnya yang cukup anggun dan kameranya yang menggunakan lensa Carl Zeiss. Meskipun kamera itu resolusinya hanya 3,15 mp, tetapi hasilnya menurut saya sudah cukup bagus. Sebuah tulisan yang saya tulis dan dilengkapi dengan foto-foto dari kamera ini, terpilih dalam sepuluh blog terbaik pada Pesta Blogger 2010.

Riwayat ponsel tersebut berakhir ketika ponsel tersebut jatuh ke kamar mandi di kantor saya. Saya terlalu bernafsu untuk menghidupkannya setelah ponsel tersebut kena air. Padahal seharusnya dikeringkan dulu baru dihidupkan kembali.

Mungkin ada faktor “keselahan” saya juga terhadap ponsel tersebut. Saya menyimpan foto yang kurang senonoh dalam ponsel tersebut. Mungkin ini juga teguran untuk saya.

Ponsel Nokia ketiga yang saya punya adalah Nokia N82. Ini hampir sama dengan Nokia N78 dengan sedikit perbedaan. Kameranya sudah 5 mp tetap dengan lensa Carl Zeiss, disainnya candy bar tetapi tak sekokoh N78. Ketika jatuh ponsel tersebut langsung berantakan. Sejak itu saya tidak memakainya lagi dan berganti ponsel merk lain. Setelah muncul ponsel dengan sistem operasi Android, saya selalu membeli ponsel Android.

Hingga saat ini, saya belum pernah lagi membeli ponsel bermerk Nokia, meskipun Nokia juga telah membuat beberapa varian ponsel yang juga sistem operasi Android.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun