Interferensi bahasa atau penyimpangan bahasa seringkali terjadi karena penggantian ragam atau bahasa dengan ragam atau bahasa lainnya. Kekeliruan akibat interferensi biasanya disebabkan oleh kebiasaan menggunakan ujaran bahasa pertama (dialek ibu) ke dalam bahasa kedua. Hal yang terjadi biasanya keliru dalam pengucapan, tata bahasa, kosakata, makna, bahkan budaya baik secara lisan maupun secara tulisan. Gejala terbesar yang diakibatkan oleh interferensi dari segi kemurnian bahasa terjadi pada tingkat apapun baik fonologi, morfologi, leksikal, dan sintaksis, sehingga gejala ini dianggap penyakit yang harus dihindarkan karena merusak bahasa. Kesalahan yang diakibatkan bisa berupa kesalahan intrallingual (
intralingual errors) atau kesalahan kompetensi yang disebabkan oleh penyamaan yang berlebihan (
over extension of analogy) atas dua bahasa pertama dan kedua, pemahaman yang tidak lengkap atas struktur dan pola bahasa yang kemudian salah dalam penerapan (
incomplete learning), dan asosiasi yang salah (
incorrect association) yang disebabkan oleh pencampuradukan bahasa yang dipelajari sehingga bentuk yang dihasilkan menjadi keliru.
KEMBALI KE ARTIKEL