Hamid Dabashi, ahli sastra Persia di Columbia University, melukiskan kepiluannya atas pembunuhan demi pembunuhan di Gaza, mencoba mengingatkan nalar yang Tuhan titipkan kepada siapa pun di Amerika. Beliau menulis “Nah tahukah ujung dari bantuan demi bantuan bom Amerika kepada Israel?” lalu memposting gambar sebuah keluarga menjadi korban kebiadaban abad 21 Israel. Di gambar tertulis “An Isaeli airstrike on Khan Younis in Southern Gaza massacred nine members of the El-Farra family, including 5 children, early Friday morning...”.
Militer Israel dilengkapi persenjataan canggih dan teknologi drone. Beberapa hari lalu tanpa sengaja saya menemukan via Youtube kecanggihan Drone pembunuh Israel (https://www.youtube.com/watch?v=zCAOUlF-nAg). Teknologi canggih ini saya yakin digunakan membunuh satu demi satu anak-anak dan keluarga-keluarga Palestina dalam perang terakhir ini disamping pengerahan pasukan darat IDF menghancurkan lorong-lorong bawah tanah sebagai alternatif jalan bangsa Palestina bertahan hidup membeli minyak goreng dsb. Namun, apakah kelihaian strategi perang dan kecanggihan Drone ini harus berujung pada pembantaian manusia Palestina seperti yang dikatakan Hamid Dabashi.
Haidar Eid, seorang akademisi di Palestina, merekam dalam diarinya kegilaan Israel membunuh warga Palestina “Pada 19 July lebih 100 terbunuh dalam 2 hari…. Mereka menginginkan tanah kami tapi membenci kami (8pm Saturday, July 19 More than 100 Palestinians killed in Gaza in 48 hours! Our population is only 1.8 million. This is a massacre! They are insane. This is ethnic cleansing. World, wake...they love our land but they hate us” (http://www.aljazeera.com/indepth/opinion/2014/07/diary-an-israeli-war-2014721102859370216.html).
Kalau anda tak bisa tidur, mungkin karena ingin menjawab sebuah pertanyaan sederhana “mengapa Israel demikian gilanya membunuh manusia terutama anak-anak di Gaza Palestina”? Jawaban sederhana saya yang mungkin berbeda dengan anda selama ini adalah “Yah, ini perang. Kalau anda tak memborbardir maka anda yang akan dibombardir. Tentu semua sedih dengan pertikaian di Israel-Palestina yang terus terulang. Tak ada, bahkan institusi internasional pun tak bisa menyelesaikan problem sederhana ini. Saya dan mungkin juga anda tak bisa berbuat apa-apa kecuali menerima dengan kemarahan atau kepasrahan. Nasib bangsa Palestina adalah pertarungannya.
Wawasan anda tentang Yahudi dan zionisme mungkin bisa dilengkapi dengan mengikuti argumen demi argumen Akhmad Sahal, peneliti di bidang politik Israel di (https://www.youtube.com/watch?v=LPx79dLH70o). Menurut beliau wacana tentang Zionisme dan Yahudi memang agak kompleks tapi paling tidak bisa diawali dengan pertanyaan siapa Yahudi dan bagaimana mereka mengatasi problem kemanusiaan mereka yang belum selesai?
Alur pikir sederhananya, Yahudi adalah bangsa keturunan dari garis Yakub, Ishak, Ibrahim. Kaum ini diberikan agama Yahudi yang dibawa oleh Musa dengan kitab suci Taurat. Tugas ummat Yahudi adalah memahami Taurat dalam kehidupan.
Alkisah kaum Yahudi terlibat berkonspirasi membunuh Yesus. Ulah meraka inilah membuat mereka terusir, terhina, dikutuk oleh masyakat Kristen, terlunta-lunta lalu berdiaspora selama 2000 tahun hingga memenuhi Eropa, Amerika dan tempat-tempat lainnya. Abad demi abad yang dimulai abad ke 11 hingga era pencerahan, kaum Yahudi masih dikejar-kejar terutama di belahan Eropa (Inggris, Spanyol, Rusia, Perancis) hingga yang paling tragis di era Nazi Jerman. Sikap ini dikenal dengan nama antisemitisme yaitu sikap anti Yahudi baik individual maupun secara etnis.
Kaum Yahudi adalah kaum yang eksklusif yang hidup terpisah terpencil dalam ghetto-ghetto di Eropa. Namun, pemikiran mereka pun berkembang dinamis mengikuti gerak zaman.
Di internal mereka misalnya tumbuh gerakan Zionisme yang diletakan oleh Theodor Herzl pada tahun 1897 pasca terbit bukunya yang berjudul Der Judenstaat, yang intinya sebuah gerakan untuk memikirkan cara dan jalan mengatasi problem Yahudi, terutama upaya mengembalikan mereka ke tanah kelahiran mereka di Palestina dengan cara apa saja.
Justifikasi kaum Zionist Yahudi paling pop selama ini adalah ungkapan penderitaan mereka bahwa Yahudi dan orang-orang yang berhubungan dengan Yahudi di zaman Hitler dikirim ke kamp-kamp konsentrasi untuk dibunuh secara massal dan ini dikontruksi dalam lobby politik yang kuat, diplomasi internasional dan budaya pop seperti dalam film-film Hollywood misalnya dalam film Life is Beautiful atau The Reader dll.
Pasca perang dunia kedua menjadi titik balik kekuatan Yahudi. Pada tahun 1948 mereka mengokupasi Palestina dan memenangkan perang 6 hari di tahun 1967 melawan aliansi negara Arab.
Menurut Nafez Abdullah Nazzal, okupasi zionist Yahudi ini punya cerita tragis di 6 desa di wilayah Western Galilee Al Sumeiriya, AlBassa, Al-Zib, ALGhabisiya, Kabi, Al Birwa di mana penduduk di desa itu harus berhadapan dengan senjata-senjata modern tanpa perikemanusiaan. Di desa Al Gahbisiya seorang korban bernama Hussein Shehada mengingat kesedihannya, “saya kembali membawa sepotong selimut, bantal dan makanan untuk keluargaku. Saya tinggalkan desa ini di bawah pengejaran tentara Israel tanpa membawa apa apa” (Nazzal, Journal of Palestine Studies).
Peristiwa okupasi 1948 ini menurut Ilan Pappe, sejarawan Israel, adalah sebuah kebijakan terencana ethnic cleansing untuk mengusir dan membunuh warga Palestina(https://www.youtube.com/watch?v=fMHSdnRZoLc). Peristiwa ini dikenang oleh orang Palestina sebagai hari An-Nukbah (hari tragedi) menyisakan 700.000 warga terusir dari kota-kota serta desa-desa Palestina yang segera berubah menjadi negeri yang kosong.
Kaum zionist Yahudi dengan sinisme gagalnya asimilasi Yahudi di berbagai belahan bumi dan tragisnya pasca perang dunia menyatukan kekuatan memilih tanah Palestina sebagai national home untuk mengembalikan para diaspora Yahudi ke tanah kelahirannya berkumpul kembali secara eksklusif dalam wadah negara Yahudi independent bernama Israel yang berdiri sejak 1948. Alasan sepihak inilah yang dikatakan Chomsky sebagai argumen lemah dan justifikasi kosong para Zionist Yahudi mengokupasi Palestina (https://www.youtube.com/watch?v=yLRoyb-SPoQ..chomsky).
Karena tak punya alasan maka cara yang paling kuat mereka lakukan adalah jalan kekerasan dan jalan ketidakadilan terhadap bangsa Palestina yang lemah sebab sesungguhya mereka tak pernah punya hak atas Palestina sedikit pun, kata Edward Said ( https://www.youtube.com/watch?v=anOMM5S6NMw).
Di 2014 ini, ingatan-ingatan para Zionist Yahudi jauh menelisik ke konspirasi pembunuhan Yesus, antisemitisme, problem psikologis ke-Yahudia-an mereka persis seperti gejala kejiwaan; eksklusif, rasis, feodal hirarkis, dan tak berperikemanusiaan. Entah sampai kapan.
Akhir kata, Israel sebagai representasi kedigdayaan para Zionist Yahudi telah memperkosa paling tidak dua poin besar dalam 10 perintah Tuhan yang diagungkan kaum Yahudi yaitu jangan membunuh dan jangan menginginkan rumah saudaramu. Sejak 1948 hingga 2014, mereka masih membunuh dan merampas rumah Palestina. Ah.........inilah tragedi kemanusiaan. Alangkah bengisnya Israel, alangkah gelapnya zaman kita.