Mendengar kejadian yang sudah saya tidak ingat itu membuat saya tertawa.
Ada lagi cerita tentang anak SD yang ditanya gurunya “Siapa yang mau masuk surga?” Semua siswa mengangkat tangannya kecuali satu siswa yang menjawab kalau dia tidak mau masuk surga, dia maunya masuk tentara.
Apa yang dialami siswa SD tersebut merupakan sebuah kepolosan dan fitrah sebagai anak kecil. Mereka mengikuti naluri fitrahnya untuk berkata atau bertindak Namun kepolosan dan fitrah kita sebagai manusia mulai rusak ketika kita memasuki bangku sekolah. Kita dijejali oleh pelajaran-pelajaran yang kita sendiri tidak tahu kegunaannya. Menguasai pelajaran-pelajaran tersebut menjadikan diri kita penuh kepura-puraan dan melepas fitrah kita. Jika menjadi pintar adalah tujuan dari pendidikan kita maka bersiap-siaplah generasi mendatang akan lebih banyak menjadi koruptor atau manipulator karena menjadi pintar hanya terbatas pada ruang lingkup sekolah, tapi tidak di masyarakat dimana kita masih membutuhkan fitrah kita sebagai manusia, yaitu menjadi manfaat bagi orang lain.