Setiap kali menghirup asapnya, udara sekelilingku menjadi semerbak harum. Aromanya semakin membiusku untuk terus mengingat dan menikmatinya. Banyak yang benci keberadaanya pada diriku bahkan sampai ngoceh dari sekata hingga seribu kata. Lebih-lebih paru-paru, organ kecilku. "Halo paru-paru," bisikku nada lembut, "maafkan aku. Aku sayang dia melebihi dari diriku. Aku juga sayang kamu. Dan, kamu akan tetap kusayang sekali pun terlihat gelap".
KEMBALI KE ARTIKEL