Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Mai dan September: Sebuah Prolog Perjalanan

5 Januari 2013   12:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:29 125 0

Dulu, aku pernah mencintai seorang wanita. Cinta yang kebanyakan orang anggap sebagai satu hal yang biasa, tapi tidak bagiku karena aku selalu menganggap ini sebagai hal yang luar biasa. Bagaimana tidak, karena pertama aku mengenal cinta adalah saat usiaku menginjak penghujung 19 tahun. Seusai aku menamatkan masa SMA, aku yang tinggal di desa tidak melanjutkan pendidikan lagi dan mededikasikan seluruh hidupku untuk bekerja pada sebuah pencucian mobil milik seorang yang kaya di kota kecamatan tempatku tinggal. Bagi orang desa sepertiku, menamatkan pendidikan hingga ke jenjang sekolah menengah adalah anugerah yang tak terkira. Jadi jangan berharap orang-orang di desaku memiliki mimpi yang tinggi. Siklus hidup yang dilalui sangatlah monoton dan sederhana. Hampir seluruh orang di desaku tak mengenyam pendidikan yang tinggi, paling tinggi tentu saja SMA. Dan usai menamatkan masa-masa sekolah baik SD, SMP, maupun SMA, mereka menyerahkan hidup mereka untuk bekerja. Di sawah, di ladang maupun dipasar. Bahkan kebanyakan dari mereka menikah di usia sangat muda – 15 atau 16 tahun – dan menyerahkan seluruh hidup mereka untuk menafkahi keluarga hingga tua dan mati. Begitu turun-temurun siklus kehidupan yang terjadi di desaku.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun