Selama pandemi Covid 19 dan menerapkan pola Bekerja dari Rumah, semakin banyak waktu luang yang bisa saya manfaatkan. Mengerjakan pekerjaan rumah, memasak dengan panduan dari Youtube, menanam pohon di halaman, dan mempelajari Islam. Cerita menemukan kebenaran Islam dalam hidup saya yang tidak terduga karena tiba-tiba saja "mantan", bagian dari perjalanan kehidupan saya, menghubungi lewat obrolan Whatsapp. Kami bertukar cerita dan pandangan mengenai pandemi ini dan sampai ke tahap pembicaraan tentang kesendirian saya yang belum menikah. Bagian mengapa saya belum menikah bukan menjadi inti cerita ya, tapi dengan pembicaraan tentang ini, dia mendakwahi saya. Dia orang yang tegas dan sangat rasional pemikirannya. Saya kadang agak sebal dengan orang yang begini karena kerasionalannya kadang kurang peka dengan pemilihan kalimat kalau berbicara, tapi di sisi lain saya sebenarnya penasaran dengan pemikirannya. Saya percaya padanya karena saya mengenal dengan baik kepribadiannya yang rasional, maka apa yang dia dakwahkan saya dengarkan dengan sebagian hati dan pikiran saya mengatakan dia tidak mungkin jahat terhadap saya (hati saya menerima), tapi sebagiannya mengatakan keraguan apakah yang dia katakan memang suatu kebenaran (hati saya menolak). Kebanyakan manusia, jika didakwahi apa yang benar (ibarat yang seharusnya dia lakukan sesuai dengan aturan tapi dia baru tahu aturannya, atau menurut pendapat dia-yaitu pikiran dan perasaannya-bukan seperti itu pemahaman aturannya, atau dia tahu aturannya tapi dia merasa berat melakukannya karena aturannya bertentangan dengan kondisinya), biasanya tidak mau mendengarkan (
self defense mechanism). Karena sebenarnya kita takut dinilai salah oleh diri sendiri dan orang lain, dan juga takut berbuat salah karena ada konsekuensinya. Perumpamaannya, mungkin ada yang pernah dengar kutipan seperti ini: "
Setelah membaca buku tentang bahaya rokok bagi kesehatan, saya menjadi tahu bahwa merokok itu tidak baik. Maka dari itu, saya berhenti membaca buku."
KEMBALI KE ARTIKEL