Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Masjid Sejatinya Milik Allah Azza wa Jalla

31 Maret 2023   09:31 Diperbarui: 31 Maret 2023   09:53 199 2
Sebagai Seorang Ibu 5 Anak, saya ingin semua anak saya menjadi anak sholeh sholehah. Membangun karakter anak  di zaman sekarang bukan persoalan yamg mudah. Apalagi di tengah kondisi sekulerisme yang menjadikan Islam hanya sebatas agama spiritual. Pun bukan hanya menyerahkan anak ke sekolah-sekolah Islam saja. Karena sejatinya tugas utama mendidik anak adalah kedua orang tuannya terutama seorang ibu.Dengan amanah yang besar dari Penguasa Alam semesta, Allah SWT, saya pun ingin anak-anak mempunyai ketertarikan kepada Masjid. Jadi setiap perjalanan, mereka akan memilih tempat favorit yaitu masjid. mereka akan lebih suka ke masjid dibanding tempat lain seperti mall, taman dan tempat hiburan yang lain.

Maka dari itu, saya suka membawa anak saya ke masjid untuk sholat berjamaah. Merasakan keberkahan dan rasa khitmad yang luar biasa di rumah Allah SWT. Tapi tidak semua masjid ramah dengan anak. Kadang ada yang risih khawatir masjid menjadi kotor. Saya punya pengalaman yang tak mengenakkan di masjid bersama anak-anak.

Pada suatu siang, saya membawa anak-anak saya ke masjid untuk sholat dzuhur berjamaah. Yang masih bayi saya letakkan di samping saya, anak laki-laki ikut shaf laki-laki dan perempuan ikut shaf di jamaah wanita. Anak-anak saya pun berwudhu dengan tertib tanpa menyisahkan banyak air di area berwudhu. Kemudian sholat berjamaah.

Sebagai suatu kebiasaan seorang ibu, ketika mengajak anaknya keluar rumah adalah menyiapkan segala sesuatunya demi kenyamanan dan keamanan anak. Dari baju ganti, diapers, minyak telon, tissue kering, tissue basah, air minum, makanan sampai cemilan. Tidak lupa pula membawa kantong plastik. Perbekalan yang tidak luput dibawa jika keluar rumah.

Setelah sholat berjamaah,  anak-anak meminta minum dan cemilan. Akupun menyuruh mereka untuk makan dan minum di teras masjid dan tidak makan berantakan.
Mereka pun menurutinya. Ternyata di teras masjid, mereka sembari nyemil dan minum malah bercanda akhir merekapun berlarian. Dan salah satu anakku tidak sengaja menumpahkan cemilan.

Sontak ada bapak marbot masjid yang marah melihat masjid yang tak seberapa kotor. Karena cemilan yang tumpah padahal hanya sedikit. "ini anak siapa ini?" kenapa makanannya tumpah?"
"Lain kali jangan ke masjid ya.. Kalo bikin masjid kotor. Bu anaknya bikin kotor masjid"

Akupun berdiri dan menghampiri. " maaf pak, makanan yang kotor bisa saya bersihkan. Tapi mereka adalah pemimpin masa depan. Merekalah yang nanti akan sholat dan memakmurkan  masjid di sini".
"Biarkan mereka bermain di masjid". "Anak saya bukanlah anak yang kotor. Yang Kalau makan belepotan di area muka dan pakaiannya. Anak saya anak yang bersih. Saya mengajari mereka untuk makan dengan rapih dan minum dengan tertib. Jika ada remah-remah makanan segera dibersihkan agar tidak menjadi makan untuk setan".

Bapak itu pergi dan akupun membersihkan cemilah yang tumpah. Aku heran yang tumpah bukanlah kotoran najis atau susu atau sampah yang tidak mudah dibersihkan. Itulah sekelumit kisah dimana, orang menatap tidak suka jika anak di masjid.


Bahkan ada masjid yang mengkunci pintu pagarnya kecuali ketika adzan tiba. Dengan alasan anak-anak suka bermain di teras mesjid. Padahal tidak sampai mengotori masjid. Hanya kekhawatiran masjid kotor atau marbot  malas membersihkan masjid.

Padahal sejatinya masjid adalah rumah Allah SWT. Dari sejak dini mereka diperkenalkan dengan rumah Allah SWT. Masjid merupakan salah satu keistimewaan yang diberikan Allah SWT dan dimiliki oleh Rasulullah Saw dan umatnya.  Masjid merupakan rumah Allah SWT di bumi yang dijadikan sebagai tempat beribadah, dimana didalamnya Allah SWT sajalah yang disembah.

Maka kenapa bisa kita lihat generasi sekarang lebih suka ke mall, cafe dan tempat hiburan yang lain. Mungkin bisa jadi karena pelarangan ketika mereka waktu masih kecil, mereka dilarang main di masjid. Inilah buah pahit dari sistem sekulerisme yang tidak punya mekanisme takmir masjid agar anak-anak suka dengan masjid dan jamaah betah dengan masjid.

Maka saya sangat senang ketika tahu masjid Jogokarian itu sangat ramah dengan anak . Suatu hari saya pasti membawa anak-anak saya ke sana. Menurut banyak video youtube atau berita. Takmir Masjid Jogokariyan, Jogyakarta sangatlah luar biasa. Sampai-sampai Masjid Jogokariyan menjadi masjid percontohan masjid yang makmur kegiatan di seluruh Indonesia.

Takmir masjid berusaha menggembirakan umat Islam dan membuat mereka mau bersujud dgn berbagai cara yang syar'i. Menyuguhkan kajian-kajian setiap hari dan paling saya sukai adalah Takmir masjid tidak memarahi anak-anak yang ramai di masjid, bahkan memberikan hadiah makanan ringan jika  tidak gaduh dan berisik sehingga mengganggu jamaah di masjid. Siapa yang tak senang mendengarnya. Masjid yang ramah dengan anak

Bahkan takmir masjidnya berusaha agar ummat Islam menjalankan sholat di masjid.  Yang belum  bejamaah ke masjid atau belum sholat dibuat undangan seperti pernikahan dan disediakan makanan di masjid saat acara sholat jamaah. Makanan ditawarkan pada jamaah yang mau menjadi donatur untuk mentraktir makanan. Yang belum bisa bacaan sholat diajari sholat oleh takmir. Masya Allah!!!.

Dan paling terkenal di masjid ini adalah kas masjid tidak pernah besar bahkan targetnya adalah 0 (nol) tiap akhir bulan, karena kas masjid yg besar tanda takmir tidak bisa mengelola infaq jamaah menjadi pahala yg segera mengalir ke penginfaq. Sangat berbeda dengan masjid lain yang mengumumkan dengan bangga kas masjid berjumlah puluhan juta rupiah sebelum sholat jumat.

Di berita malah Ada sarapan bubur, lontong sayur, susu kedelai, dll tiap minggu ba'da subuh. Ada nasi bungkus tiap ba'da jumat apalagi ketika bulan Ramadhan tiba, ada ta'jil dan makanan berbuka puasa.

Masjidnya juga buka 24 jam, Ada WiFi gratis 24 jam. Pasti jamaah disana sangat mencintai masjid Jogokariyan Jogyakarta. Dan menjadikan masjid menjadi rumah kedua bagi para jamahnya. Dan pasti yang berinfak dan shodaqoh disana sangatlah senang karena seluruh infaq shadaqoh digunakan untuk kepentingan ummat. Bukan menumpuk di kas masjid.


Kita perlu menyadari bahwa Masjid itu sejatinya  milik Allah SWT. Tertulis jelas di AlQur'an surat  Al-Jin ayat  18 :


"Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah untuk Allah. Maka janganlah kamu menyembah apa pun di dalamnya selain Allah." ( TQS. Al Jin : 18)


 Sehingga masjid harusnya ramah dengan anak. Karena merekalah penerus  Islam yang akan memakmur masjid di masa depan. Dari sekarang seharusnya bagaimana caranya anak-anak suka dengan masjid. Takmir  jika lelah membersihkan masjid bukankah balasan kelelahan dibalas surga Oleh Allah SWT?.

Takmir harusnya memilik semangat memakmurkan masjid, sebagaimana Firman Allah SWT :


"Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. At-Taubah: 18)

Ayat tersebut harusnya  menjadi penyemangat untuk mengelola masjid,  lantas siapa yang akan mengelola masjid jika perhitungan dalam membersihkan masjid.  Masjid akan terlantar jika diserahkan orang yang tidak lilllahi ta'la keikhlasan diri dalam mengelolanya, apalagi hanya untuk kepentingan dunia untuk mencari uang maka akan menghancurkan hakikat masjid sebagai sarana ibadah dan media pembinaan umat Islam.

Masjid baru bersih jika marbot dibayar. Jika tidak marbotpun malas membersihkan masjid. Maka kenapa ada masjid tidak ramah anak karena masjid khawatir dan malas membersihkan. Akhirnya menjadi tumbal adalah generasi Islam yang jauh dari masjid dan jauh dari ajaran Islam. Naudzubillah!!

Di zaman Rasulullah Saw. Masjid bukan hanya tempat ibadah. Masjid juga berfungsi sebagai tempat diskusi Rasulullah Saw dengan umat Islam. Rasulullah Saw. Banyak Menyelesaikan banyak perkara-perkara masyarakat. Bahkan di bilik masjid nabawi, dibangun tempat istirahat untuk Ahlus Suffah.

Dalam sistem Islam yang dibangun Rasulullah Saw. Citra masjid sangat dekat dengan ummat. Hati manusia terpaut dengan masjid, cinta dengan masjid. Karena masjid terbuka untuk siapa saja. Sebagai simbol ajaran Islam yang menyelesaikan berbagai persoalan hidup baik ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lain-lain

Kita pun rindu masjid di zaman Rasulullah Saw. Kehidupan Islam terasa bagaikan matahari menyinari bumi. Keberkahan dari langit dan bumipun hadir karena ketakwaan menjalankan syariat Islam secara Kaffah. Islam laksana cahaya yang menerangi kehidupan dunia. Islam Memimpin dunia dengan kebenaran dari Allah Azza wa jalla Dan Umat Islam menjadi ummat terbaik kembali.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun