Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Menanti Upi Pulang

10 Maret 2017   21:39 Diperbarui: 10 Maret 2017   22:12 296 0
Hari semakin senja. Sinar mentari perlahan mulai bergerak ke peraduannya. Telah seharian ini perempuan itu hanya terpaku di tempatnya. Duduk termenung menatap jauh ke depan. Ke arah kerimbunan pinus yang merapat seperti hutan di seberang situ(1) yang tampak agak beriak.

Entah apa yang ia pandangi. Tatapannya kosong. Wajahnya mengeras. Sesekali terdengar desisan dari mulutnya. Kemudian ia pun tertawa. Apakah yang ia tertawakan? Tak ada yang berani bertanya langsung padanya. Jangankan bertanya, mendekatinya pun enggan.

“Dasar perempuan gila!” Itulah jawaban yang Jelita terima dari seorang penjual jagung bakar di areal taman rekreasi ini.

“Maksud Bapak? Tidak waras, gitu?” Jelita balik bertanya.

“Ya, apa coba namanya atuh, Neng. Duduk mematung seorang diri dari pagi hingga sore seperti ini. Hampir setiap hari lagi,” cerita si penjual jagung bakar sambil mengoleskan mentega ke atas jagung bakar pesanan Jelita. Kemudian lanjutnya, “Tingkahnya juga aneh. Kadang ia hanya diam mematung. Namun tak jarang sesekali ia pasti tertawa ataupun menangis. Pokokna mah aneh pisan lah (2).

Kini pesanan jagung bakar Jelita telah matang. Sambil menunggu si penjual memasukkan pesanannya ke dalam kantong keresek putih, Jelita pun bertanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun