Mata itu
Kukenal begitu rupa
Akrab di mataku
Fasih dalam padanganku
Seperti sepasang mata elang
Sorotnya tajam
Tak pernah goyah oleh sekadar
Debu - debu beterbangan
Peluh - peluh menetes menghinggapinya
Mata itu
Indah, manis, berkarakter
Nyaris tak pernah mengeluh oleh keadaan
Aku tak pernah menyaksikan
Bulirnya tumpah
Selain pada tiga hal;
Mengingat Ibu
Kematian Ayah
Dan penderitaan kaum marjinal
Mata itu
Kini mulai mengerang perih
Beralaskan lensa tebal
Rapuh melewati masa
Sorot lemah termakan usia
Tak lagi kulihat bola mata liar
Mencari tualang
Menjawab teka teki
Mata itu kini; telah menua dan sunyi
Balikpapan, 19 Desember 2020
Ali Musri Syam Puang Antong