Telah berlalu siang, terik panas mentari, hangat dan angin,
Bersama seuntai kenangan masa kecil, selalu tergiang,
Bermain sepakbola kampung, tanpa sepatu, tanpa tiang gawang.
Bila hujan datang, menikmati derai - derai air berbasahan,
bermain, berlarian di ladang - ladang lapang,
Tak peduli suara petir bersahutan, kilat menyambar - nyambar tak dihiraukan.
Selalu begitu, berulang - ulang tiap hari,
Tak ada jeda, sesaat setelah mengerjakan PR dan mengaji,
Berkelebat samar di pandangan ibu, mengendap - endap di balik punggung ayah; sembunyi.
Selalu riang dan menikmati, tenggelam dalam keasyikan dunianya,
Hadiah terindah masa - masa silam; debu, peluh, kotor, lumpur, basah,
Pulang kerumah; mata ayah memerah, ditangan ibu terpegang erat tongkat.
Kini tinggal kenangan, menyeruak ke ruang - ruang hampa,
Serasa ingin mengulang romansa, sudah tak ada jalan untuk kesana,
Kenikmatannya tak ternilai, meski kita punya tahta dan kuasa.
Balikpapan, 20 November 2020
Ali Musri Syam Puang Antong