Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Berpantang Seks Sebelum Nikah

5 Agustus 2014   07:04 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:23 101 1
Sebut saja namanya Pak Apin, pria setengah baya ini terpekur meratapi nasib Mawar putrinya. Kehormatan diri dan keluarganya tercabik-cabik, terinjak-injak dan tak berharga. Masyarakat memandangnya sinis, ia dan keluarganya menjadi bahan cibiran dan ejekan seantero kampung. Ingin marah ia tak tahu pada siapa harus marah. Hanya rasa malu, terhina dan tak berguna, bercampur aduk dalam dirinya.

Anak gadisnya Mawar yang masih berusia belasan tahun, dan masih duduk di bangku SMP kelas satu, harus menanggung aib yang sangat tragis dan memilukan, hamil diluar nikah dan tak tahu siapa yang harus bertanggung jawab atas kehamilannya. Ia juga mengaku melakukan hal itu dengan kakak kandungnya sendiri. Mereka melakukan itu beberapa kali dalam keadaan mabuk. Kisah ini terjadi ditengah perkampungan yang religius yang notabene masih menjaga adat dan budaya ketimuran.

Setiap tahunnya prilaku seks menyimpang dikalangan remaja kian marak dan semakin tak terkendali. Bukan hanya melanda remaja di perkotaan tapi juga sudah marak dikalangan remaja di perkampungan.

Kisah Mawar sepertinya sudah membuat telinga kita jadi terbiasa mendengar peristiwa remaja yang hamil diluar nikah, melakukan aborsi dan membuang bayi tak berdosa.
Saat melakukan hubungan terlarang itu, mereka tak menyadari bahwa kelak perbuatan itu akan menghancurkan masa depannya dan membuat dirinya menyesal seumur hidup.

Karena itu, Peranan orangtua sangat penting dalam mempengaruhi pola fikir sang anak. Jika orangtua mampu memposisikan diri sebagai teman sekaligus sahabat yang menyenangkan, remaja akan lebih senang bercerita dan bertanya banyak hal, bahkan tentang seks sekalipun. Tekankan pada remaja kita untuk berpantang dari melakukan seks sebelum menikah.

Seks bisa menunggu.
Seks itu akan sangat indah ketika dilakukan oleh orang dewasa yang sudah menikah, yang dilakukan setelah janji suci pernikahan, itulah seks yang bertanggung jawab dan bernilai ibadah.

Berpantang melakukan seks sebelum menikah mungkin saat ini sudah dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Akan tetapi aktivitas seksual yang dilakukan remaja belum menikah jauh lebih berbahaya. Bagaimanapun orientasi seksual remaja, jalan terbaik baginya untuk menghindari AIDS atau Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah dengan menahan diri dari bergiat secara seksual, sampai tiba saatnya mereka menjadi manusia dewasa dan siap menjalin hubungan berlandaskan kesetiaan kepada pasangannya dalam ikrar suci pernikahan.

Menurut Glenn Stanton dalam why Marriage matters ( mengapa Pernikahan Itu Penting), penelitian sains kemasyarakatan selama 100 tahun terakhir secara konsisten mengungkapkan bahwa pernikahan meningkatkan kesejahteraan manusia dewasa, anak-anak dan lingkungan masyarakat secara mendalam. Sebaliknya, hubungan diluar pernikahan gagal menghadirkan manfaat yang memperkaya pribadi manusia.

Studi paling ilmiah yang pernah dilakukan atas seksualitas di Amerika (oleh universitas Chicago) mendapati kenyataan bahwa orang yang mengaku mendapatkan tingkat kepuasan emosi dan fisik tertinggi dari seks adalah orang yang setia pada pasangan nikahnya dan yang masih perawan waktu memasuki jenjang pernikahan.

Penelitian juga mengisyaratkan bahwa orang yang menikah karena MBA (marriage by accident) lebih besar akan jadi korban ketidaksetiaan pasangannya, hidup berpisah atau bercerai setelah menikah, dibanding mereka yang masih perawan saat menikah.

Jika Orang Barat yang hidupnya serba bebas saja menyadari arti suci pernikahan dan mulai berpantang melakukan seks sebelum menikah, mengapa kita yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran tidak bisa berpantang melakukan seks sebelum menikah?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun