Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

PUTIH KULITMU TAK SEPUTIH NASIBMU

11 November 2012   14:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:37 230 2

Masih saja aku tak bisa memicingkan mata, walau telah terdengar adzan subuh dari mesjid dekat rumah. Masih terngiang kata-kata Faizah saat kami ngobrol panjang lebar ditelepon tadi malam. Aku telah hapal betul akan kebiasaan sahabatku yang satu ini. Bila ia lagi dalam keadaan gundah gulana maka yang dicari adalah aku tanpa peduli waktu dan tempat dimana saja aku berada. Dan akupun harus siap sedia nggak pake alasan untuk tetap punya waktu mendengarkan curhat Faizah. Topik nya pun tak jauh dari soal kehidupan berumah tangga yang baru saja dijalaninya. Namun bila pada pasangan baru menikah yang ku dengar adalah seputar cerita bahagia, maka berbeda dengan kehidupan Faizah. Sejak awal tak pernah kudengar cerita bahagia darinya. Yang ada hanyalah cerita yang berlumur kesedihan, sakit hati dan penderitaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya. Aku tahu persis kisah cinta Faizah dengan suaminya ini karena semuanya diceritakannya padaku. Dan ketika ia memutuskan untuk menikah, bukan aku saja yang terkejut. Tapi juga saudara dan yang terutama ibunya. Ayah Faizah telah tiada sehingga pembuat keputusan mutlak ada ditangan ibunya. Sudah bukan rahasia lagi, sebagai keluarga keturunan Arab di kehidupan keluarga Faizah berlaku adat yang sangat keras, terutama menyangkut soal memilih pasangan hidup. Yang paling keras adalah peraturan yang berlaku untuk anak perempuan. Karena kelak akan melahirkan anak yang mengikuti garis keturunan suami, maka salah satu syarat yang harus ditaati adalah harus menikah dengan laki-laki yang juga masih berdarah Arab. Tapi yang namanya peraturan, selalu saja ada pelanggaran didalamnya. Dimana saja. Bahkan peraturan yang telah diwariskan turun temurun dari jaman nenek moyang si Faizah. Ada beberapa orangtua yang telah mengijinkan anak perempuan menikah dengan pria pribumi, ada yang suku Jawa, Melayu, Bugis, Sunda bahkan ada yang menikah dengan pria asing, dengan syarat haruslah yang seiman dan menikah secara baik-baik, dalam arti bukan menikah karena hamil duluan karena itu adalah aib terbesar bagi keluarga dan tak termaafkan. Bersyukur mereka hidup bahagia walaupun pada awalnya tak sedikit juga protes datang dari keluarga, terutama paman dari pihak ibu dan bapak. Pada ibu Faizah, hal ini tak berlaku. Peraturan keluarga adalah harga mati yang tak bisa diganggu gugat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun