Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Hingga Dini Hari, Kumuntahkan Api

7 Agustus 2013   06:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   09:33 83 0



hingga dini hari

kertas kertas mesti membuka diri

untuk kutumpahkan segala yang kusebut api;

aku yang membara

cinta yang membara

rindu yang membara

murka yang membara

amarah yang membara

tawakkal yang membara

dzikir-syukur yang membara

berkobar, berkobar

jadi nyala yang paling bakar

hingga dini hari

pena mesti terus berbicara

membilang keadilan yang tersesat

di sela selokan

meramaikan paragraf paragraf yang sepi

dengan desir mimpi, guratan luka diri, lagu paderi

saatnya pipi ibu pertiwi kita usap

air matanya yang ratap

dengan bahasa perlawanan

yang paling sopan, atau bahkan

isyarat ketidakpuasan

yang brutal dan beringas

menuntaskan

di detik penghambaan pun, doa doa dilayarkan

raja' dilangitkan

di atas sajadah tawakkal

gema fatihah mengalirkan darah yang tumpah

menuju telaga istirah

juga menemani teriakan pembebasan

melawan tirani

sumpah suci pada Rabby, Yang Menjaga negri

hingga dini hari

tak ada waktu bagiku bagimu sekedar berhenti

menyalakan api, mengeringkan tangis ibu pertiwi

kertas kertas membuka diri

pena pena memercikkan magma

meluntahkan bara, segala yang membara

-bahkan kerinduanku padamu malam ini, kekasih

larut membara

di tanah kelahiran kita, ia membakar diri

memuntahkan api api

Jember, 12 Desember 2011





KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun