Katakan pada padang ilalang yang gersang bahwa musim akan berubah. Angin berhembus lirih menerbangkan dedaunan kering yang berserahkan pada ranah kerontang. Mendung sedang bersahabat dengan burung walet. Gemuruh guntur bersambut mengguncang gumpalan awan untuk menumpahkan hujan. Mungkin saja banjir akan melanda atau berbagai jenis bencana akan menimpa. Atau mungkin juga musim itu mencurahkan anugerah sehingga menyuburkan lahan tandus sekalipun. Iyah…., musim akan berubah. Kering kerontang berkepanjangan akan berlalu. Tapi, tidak dengan perih yang aku alami. Tidak dengan luka basah berlumuran nanah yang sepanjang kemaraupun tak kunjung kering. Luka teramat sangat pedih yang menjalar ke seluruh tubuh. Melemahkan gurat -gurat nadi. Merampok seluruh keperkasaan. Luka yang larut dalam musim yang tak ia kenali. Entah sudah berapa kemarau yang berubah. Berapa musim semi yang berlalu. Ia tak tahu. Sejak awal hingga kini luka itu masih merasakan sakit yang sama. Tak kunjung berubah dan bahkan semakin membusuk.