"Malam itu, dunia serasa milik kita. Duduk beralaskan matras didekat tenda yang kita bangun bersama-sama dengan semua anggota. Tapi hanya empat mata yang nampak dimalam itu. Dua milikmu dan dua lagi milikku. Kehangatan api unggun ditengah dinginnya malam, menambah ketentraman lubuk hati yang paling dalam. Reina, kala itu setiap setelah aku memandang wajahmu aku langsung melihat bintang-bintang. Karena aku tau bahwa pancaran matamu itu melebihi cahaya dari beribu-ribu bintang di langit. Sayangnya, bibir ini masih saja terbungkam.Tidak ada sepatah kata yang kuungkapkan padamu reina. Karena aku tau, kau pasti tidak akan menyukai kata-kata itu".
KEMBALI KE ARTIKEL