Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Langit Merah Bata

15 Desember 2012   19:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:35 195 1

doc:pribadi

.

Tiket kebebasan terlanjur ditukar segenap jerih payah, terkulai dipangkuannya

Menghadap langit basah penuh gemuruh, menggumpal padat serupa isi dadanya

.

Mata yang digenapi genangan rindu kini terbakar sekam biru

Selebar bentang cakrawala memucat berupa abu-abu

.

Jiwanya kesepian walau ia sebenarnya tak pernah sendiri disini

Seperempat malamnya ia habiskan menulis berlembar-lembar puisi

Berharap terbaca oleh hati yang memiliki kisah sama

Bisa jadi ia akan saling bercerita tentang keping yang terluka

Atau mungkin saja..

berhikayat tentang bagaimana perihnya menderita merasa sepi. Sendirian.

.

Isaknya diam sedu sedan, menatap rembulan yang kini padam

Gemintang terbunuh ribuan tetes air. Terbaca bulir-bulir mengalir

Jarang ia merutuki mengapa malam kadang begitu gelap

Meruntuhkan daun-daun muda lindap,

Padahal..

.

Percuma. Ia tatap mata gelas berkaca. Percuma

Hanya dirinya pantulan disana. Menimba sejauh dalamnya rimba.

Percuma..

Berharap hujan segera reda. Kemudian semua kembali semula

Saat sempurna tak ada siapa-siapa..

..

Dido -White Flag-

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun