Hujan tak kunjung berhenti, aku melihat dari ketinggian, sekelebatan warna-warni berjalan kesana kemari, semua orang sibuk. Tapi tidak denganku, aku disini sendirian. Terjebak hujan dan sedang menunggu seseorang. Aku duduk meringkuk di balkon yang tidak terkena tetesan air hujan, kenapa tidak terlihat batang hidungnya sih?, batinku kesal. Tuk..tuk..tuk aku yang masih meringkuk dengan kesendirianku, mendengar ada suara langkah yang mendekat dan begitulah kamu muncul layaknya ksatria kesiangan. “Hani!” Panggilmu pelan. Yang awalnya aku cemberut, melihat senyum yang terkembang di wajahmu tak ayalnya membuatku terpaku sebentar dan senyum pun terkembang pula di wajahku. “Padahal aku mau marah lho sama kamu. Bim.” Bimo membantuku berdiri. “Halah kamu kan nggak bisa marah sama aku. Aku aja kebasahan gini, lari tau tadi kesininya. By the way, anak-anak emang udah pada dateng? Kuliah hari ini kan bukan mata kuliah wajib sih.” “Belom lah, mana ujan gini apa ya mereka udah dateng. Tapi itu bapaknya udah jalan ke arah sini. Udah ayo masuk aja ke kelas.” Ucapku sambil mendorong Bimo dari belakang.
KEMBALI KE ARTIKEL