Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Zaman Fatrah, Efeknya Pada Umat Dan Tahun Baru

9 Februari 2025   07:18 Diperbarui: 9 Februari 2025   07:11 62 1

@ ali iskandar.

Zaman fatrah adalah masa kekosongan kenabian. Masa ini menimpa pada umat pasca Nabi Isa dan umat setelah tiadanya Nabi Ismail.

Ayat yang ke-6 dari jantung Alquran surah Yasin memberikan sinyal tentang zaman fatrah itu. Allah berfirman : "Agar supaya kamu memperingatkan kepada kaum yang nenek moyang mereka belum pernah diberi peringatan karena itu mereka lalai".

2 Versi "Bacaan" Dan Efeknya.

Hamami Zada membaca ayat ini dengan fokus pada huruf "ma undziro" dengan pemahaman nafi, berarti "tidak pernah". Efeknya adalah ayat ini menyasar pada keturunan Nabi Ismail AS sampai hadirnya Nabi Muhammad SAW yang berada di Makkah (tt : 2).
Sedangkan versi pemahaman berikutnya, "ma undzira", dimaknai dengan maushul. Memiliki arti "yang". Sehingga yang dimaksud adalah "... yang diperingatkan kepada nenek moyang mereka". Pemahaman ini merujuk pada umat pasca wafatnya Nabi Isa sampai hadirnya Nabi Muhammad SAW (Zada, tt ; 2). Kedua nabi tersebut berjarak sekitar 500 tahun.

Apapun versi bacaan di atas memberikan pesan tersurat bahwa para umat terdahulu melakukan praktik penyimpangan ideologis bahkan penentangan pesan wahyu Tuhan.
Penyimpangan itu diakibatkan oleh rentangnya kekosongan kenabian. Dalam arti tiadanya bimbingan spiritual, yang memberikan petunjuk untuk kehidupan mereka. Mereka mengalami penyimpangan berketuhanan. Yang Semestinya menyembah Tuhan Yang Esa berganti kepada penyembahan terhadap patung-patung yang mereka bikin sendiri.

Efek dari penyimpangan ini berupa penyembahan patung. Penyembahan berhala ini adalah tradisi jahiliyah selama bertahun-tahun. Mereka berlaku ideologi ini mendasarkan pada akal yang minus wahyu. Tradisi penyembahan ini mereka klaim bahwa itu adalah kebenaran hakiki. Klaim sepihak tanpa didasari oleh wahyu inilah, yang secara langkah demi langkah semakin menjauhkan kehidupan spiritual mereka kepada kehidupan spiritual jahiliyah.

Al Jalalain tradisi penyembahan ini dengan memaknainya dengan lalai dari iman dan petunjuk. Keimanan tanpa wahyu yang berlangsung selama ratusan tahun itu mengendap ke dalam alam bawah sadar mereka. Selanjutnya menjadi sebuah kebenaran yang mentradisi (tt : 373).

Sedangkan Ash Shabuni berpendapat bahwa kelalaian mereka dari petunjuk dan iman menjadikan mereka tenggelam ke dalam kegelapan syirik dan penyembahan terhadap berhala. Yang demikian ini mendekatkan mereka kepada kebenaran akan azab, yang mendorong mereka kepada kekufuran dan kedustaan (1999, J. 3 : 4).

Nabi hadir sembari membawa risalah Allah SWT. Memberitahukan kepada mereka akan hakikat sesembahan yang sebenarnya. Yakni Allah SWT. Bukan tanpa tantangan sang Nabi membawa risalah baru di tengah tradisi mereka yang sudah mengakar itu. Penentangan terhadap risalah tersebut merupakan dipandang sebagai sesuatu yang wajar belaka. Dalam sajian sejarah, ada banyak kisah, bagaimana kaum kafir khususnya dari pengikut kakek beliau, melakukan penentangan terhadap dakwah Nabi SAW. Kuatnya akar penyimpangan berketuhanan itulah yang menjadikan menjiwai dalam keyakinan yang menyimpang tersebut.

Tiadanya Pembimbing -- Penyimpangan Spiritual.

Sama halnya dengan seseorang yang lama belum atau tidak memperoleh pendidikan yang layak untuk peningkatan spiritual mereka. Tiadanya para tokoh dan pembimbing untuk umat itulah yang sedikit demi sedikit keyakinan ideologis mereka semakin terkikis.

Zaman al fatrah atau masa kekosongan kenabian merupakan bukti yang dapat memberikan hikmah setiap orang. Bahwa jiwa manusia hakikatnya membutuhkan pengetahuan terlebih pengetahuan akan hadirnya Tuhan pada diri mereka. Seseorang yang tidak pernah memperoleh siraman rohani berbasis wahyu lambat laun akan mudah terseret ke dalam derasnya arus Informasi yang tidak memiliki akar kuat dalam menjamin pondasi kehidupan spiritual mereka.

Menghindari "Zaman Fatrah" Setahun Kedepan.

Pendek kata setiap orang memerlukan bimbingan. Namun tidak semua orang menerima bimbingan tersebut dengan tangan terbuka.

Pun demikian dengan ikhtiar untuk memperbaiki diri. Dibutuhkan keyakinan serta tekad yang kuat untuk mewujudkannya. Dan hal itu bisa dimulai sampai saat ini, tahun baru 2025. Menunda ?. Bukanlah merupakan solusi terbaik bagi setiap orang untuk berlaku amal sholeh, sembari menerima masukan dari mereka yang memiliki mata batin, membantu untuk mewujudkan cita-cita tersebut pada jenjang berikutnya.

Kavling 2025 sudah dimasuki. Akan berlaku pada kedewasaan dalam berpikir dan bertindak. Jika sebelumnya setiap kegiatan tanpa dokumentasi spiritual. Perlu diketahui, rasa berat perlu dipaksa. Keterpaksaan ini berada diawal. Selanjutnya akan menjadisi tradisi yang memiliki muatan dan nuansa spiritual.

Di tahun 2025 penggalan waktu kembali menyapa. Di kavling waktu ini setiap orang memiliki mimpi menyongsongnya. Mereka boleh jadi selamat sampai ke dalam ujung 2025. Sisi lain bayangan buruk jika pada ujung tahun ini jika seseorang abai pada resolusi harapan disepanjang tahun yang hendak dilewati ini.

Mengantisipasi hal tersebut, alangkah baik jika memperhatikan pesan Allah yang dibungkus dalam sumpahnya tentang "waktu" itu. Manusia akan selamat jika memperhatikan tiga hal ; memperkokoh iman, aktif dalam kegiatan positif. Serta investasi dalam hal ilmu dan keuletan dalam mewujudkan cita-cita" (QS. Al Ashr ; 1-3). Semoga sukses di sepanjang tahun 2025.

* Penulis adalah Pegawai KUA Kecamatan Padang Kabupaten Lumajang. (Disampaikan Pada Istighotsah Di Kantor Kecamatan Padang, 6 Januari 2025) Hp : 085257511393

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun