Assalamualaikum,
Memakai sarung adalah hal yang lumrah untuk masyarakat Indonesia. Bisa dibilang sarung itu multifungsi meski selama ini dikenal sebagai salah satu perangkat untuk sholat, terutama bagi pria. Selain untuk sholat, sarung bisa digunakan sebagai selimut ketika tidur, bisa sebagai alas tidur atau untuk perempuan bisa digunakan sebagai mukena. Nggak percaya? Saya waktu kecil diajari ibu saya menggunakan sarung untuk mukena. Jadi saat itu mukena saya kotor dan sedang dicuci. Ketika mau sholat, hanya ada sarung. Lalu ibu saya mengambil dua sarung. Satunya untuk bawahan, dan satu lagi untuk mukena menutup kepala hingga setengah badan layaknya mukena. Jadi ibu saya meletakkan sarung ke kepala saya lalu dililitkan ke atas kepala dan ujungnya diselipkan di wajah. Selesai. Tanpa peniti.
Dan ketika saya dewasa saat tidak ada mukena, misal ketika sedang bepergian dan sholat di masjid saya tidak menemukan mukena, saya menggunakan dua sarung. Atau ketika di rumah saat mukena belum kering ketika dicuci, saya mencari dua sarung. Nah, kini lantaran saya tidak punya anak perempuan, sarung dipakai oleh anak saya untuk sholat. Bahkan anak saya yang kedua, yang pernah menjadi santri, sarung itu bisa dibilang sebagai barang wajib dipakai sehari-hari. Bukan saja untuk sholat tapi juga untuk aktivitas sehari-hari oleh santri.
Lantaran di rumah lebih banyak anak lelaki, koleksi sarung saya lumayan banyak dengan berbagai motif, bahan dan tipe. Ada yang bahannya kaku, keras dan lembut. Bahkan dalam sehari, bisa sampai 5 sarung tergeletak di rumah untuk siap dipakai. Yah, namanya anak lelaki, tinggal ambil saja sarung dari deretan baju bersih lalu ditaruh saja sembarangan sehabis selesai dipakai. Atau sarung jadi sering dicuci lantaran anak sering membawanya untuk tidur. So, saya memang membutuhkan sarung yang banyak di rumah.