Cindy Adams pertama kali bertemu dengan Sukarno pada tahun 1961 di Istana Merdeka ketika ia bekerja sebagai jurnalis untuk North American Newspaper Alliance (NANA). Saat itu, ia ikut dalam rombongan kesenian Amerika yang dipimpin oleh suaminya, Joey Adams, seorang komedian yang ditunjuk oleh John F. Kennedy untuk memimpin kunjungan seni keliling Asia.
Proses penulisan buku ini berlangsung antara tahun 1961 dan 1964. Cindy tinggal di Hotel Indonesia sebagai tamu negara dan setiap pagi ia pergi ke Istana Merdeka untuk melakukan wawancara dengan Sukarno sambil menikmati kopi tubruk. Buku tersebut diterbitkan pada tahun 1965, sebulan setelah peristiwa Gerakan 30 September. Penerbit buku ini adalah The Bobbs-Merrill Company Inc, yang berbasis di New York.
Proses penulisan tidak berjalan mulus. Cindy dan Sukarno terlibat pertengkaran menjelang penerbitan buku "Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams". Sukarno tiba-tiba mengubah pikirannya setelah membaca naskah otobiografi yang ditulisnya. Ia tidak ingin buku itu ditulis dengan gaya penggunaan kata "saya", yang berarti Sukarno sendiri yang secara langsung mengisahkan riwayatnya kepada pembaca. Sukarno mengatakan, "Saya sudah putuskan saya tak menginginkan otobiografi ini. Aku ingin sebuah biografi. Tulis ulang!"
Pertengkaran antara Cindy dan Sukarno berlanjut, tetapi akhirnya Cindy mengungkapkan kekhawatirannya kehilangan reputasi di depan penerbit. Sukarno akhirnya luluh, bahkan di hari yang sama Cindy berhasil meyakinkan Sukarno untuk menandatangani persetujuan penerbitan buku otobiografi tersebut.
Beberapa pihak berpendapat bahwa Cindy pada saat itu dimanfaatkan oleh Howard Jones, yang diyakini oleh banyak orang sebagai duta besar Amerika yang dekat dengan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA). Pada saat itu, hubungan antara Sukarno dan Amerika sedang krisis. Howard Jones membutuhkan seseorang dari Amerika yang bisa menyenangkan Sukarno dengan menulis otobiografinya. Selain itu, ia juga membutuhkan informasi terbaru mengenai situasi Sukarno yang bisa didapatkan langsung dari dalam Istana.
Ketika majalah Tempo menanyakan apakah Cindy memang seorang agen CIA yang disusupkan oleh Howard Jones, ia merasa sedikit bingung. Ia terlihat seperti mengingat masa lalunya di Indonesia ketika banyak orang mencurigainya sebagai agen CIA. Namun, dengan tegas dan cepat, Cindy menjawab, "Itu hal yang paling mudah untuk diucapkan, tapi saya bukan anggota CIA."
Secara keseluruhan, buku "Sukarno: An Autobiography as Told to Cindy Adams" (Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia) merupakan hasil kerjasama antara Cindy Adams dan Sukarno yang mencatat perjalanan hidup Sukarno. Meskipun proses penulisannya tidak berjalan mulus dan terjadi pertengkaran, buku tersebut tetap diterbitkan dan menjadi salah satu buku terkenal yang membantu mengabadikan warisan sejarah Bung Karno.