Masyarakat diaspora Maumere Flores yang menempati rumah-rumah di pinggir jalan setengah beraspal dan setengah tanah merah menuju pantai Bedukang itu, telah berangkat kerja. Hampir semua penduduk diaspora asal Maumere Flores itu, setiap hari meramu biji timah di Camuy. Biji timah, menjadi sumber penghasilan bagi mereka. Jika mereka ke Camuy dan tidak menghasilkan biji timah, itu artinya mereka tidak bisa makan. Timah, menjadi tempat tumpuan harapan hidup mereka bahkan menjadi penghasilan yang bisa mereka tabung untuk bisa mudik ke kampong halaman dan membangun rumah yang layak untuk mereka tinggal.
Mateus Madong, (46) salah seorang bapak diapora Hale Hebing Maumere Flores pun pergi bekerja, pagi itu. Bapak yang sehari-hari bekerja sebagai petani kelapa sawit yang ada di samping rumahnya itu, kali ini dia bukan pergi ke kebun sawitnya tetapi dengan mengendarai honda Supra Fit berwarna merah yang berpadu dengan hitam menuju kebunnya yang hampir setahun lebih ini tidak dikunjunginya. Dia pergi dengan maksud menebas rumput dan mau menanamnya dengan tanaman sengon. Dia melihat seluruh lahannya. Dia memastikan bahwa lahannya itu masih utuh, tidak diramba pengeruk timah ilegal. Estela memeriksa seluruh lahan hampir dua hektar itu, om Mateus mulai menebas disekitar beberapa pohon kayu besar.
Rumput kekuningan akibat kemarau itu telah diratakannya, dengan parang dan diinjak-injak supaya cepat hancur. Beberapa menit kemudian, om yang bernama lengkap Mateus Modang, menebas lagi disebelah pohon yang lain. Dalam sekejap mata, ia mendengar suara begitu besar dan kencang, semacam suara jet atau kapal terbang. Selang beberapa detik, kepala dan seluruh badannya telah dikeroyok ribuan lebah hitam yang sedang bersarang dibawah pohon yang dikelilingi oleh rerumputan. Matanza gelap. Terasa bahwa badannya seperti ditusuk jarum suntik. Terasa sakit sebentar tapi sejenak lagi terasa gatal dan mulai membengkak.