Acapkali kita pernah atau sering mendengar pertentangan antara dimensi spiritual dan kejasmanian dalam diri manusia, tepat ketika manusia menghayati hidupnya secara keseluruhan di tengah alam semesta ini. Dualisme itu sering dijumpai dalam hidup sehari-hari dan bahkan secara tak sadar sering menjadi pedoman hidup di mana menggerakkan manusia pada arah tertentu yang hendak dituju. Dan hal itu mungkin kita temukan di saat manusia memilah dirinya dalam pemaknaan, hingga apa yang disebut dengan
discernment. Pada wilayah spiritual manusia mengetengahkan kepuasan jiwa dengan digerakkan melalui interior manusia, seperti keberimanan, tuntutan religiositas, serta peranan suara hati dan seterusnya sebagaimana, ditujukan demi suatu kedamaian jiwa demi suatu keabadian yang hendak dihayati di dunia 'seberang'. Tak luput pula kejasmanian, yang dengan mengetengahakan puncak sukacita ragawi, baik itu kenikmatan, kepuasan, serta pelbagai macam hasrat naluriah yang digerakkan, agar tubuh kita mendapat suatu bentuk kepenuhan di dalam menghayati implementasi citra sebagai manusia itu sendiri. Dua hal tersebut menjadi bentuk yang berbeda dan sungguh menjadi sebuah catatan tersendiri pada pemaknaan hidup manusia, maka kini hendak tulisan ini kubagikan sebagai sebuah referensi untuk mengenal kedalaman akan kedua hal itu. Â
KEMBALI KE ARTIKEL