"Seorang pemuda tertarik membaca Madilog karena ketenaran Tan Malaka sebagai pemikir revolusioner. Namun, setelah beberapa halaman, ia berhenti, merasa buku itu 'terlalu sulit.' Tanpa ia sadari, masalahnya bukan pada isi buku itu, melainkan pada jalur literasi yang belum ia bangun sebelumnya."
KEMBALI KE ARTIKEL