Langkahnya cepat tak seperti biasa, isi tasnya berbaur dan bercampur, laptopnya bahkan hampir keluar. Sampai akhirnya dia sampai di tempatku dan wajahnya menyeramkan.
“Kakak sudah gila? Ngapain kakak ikut-ikutan kayak gituan?” bentakmu mengadiliku seakan maling yang suka berkeliaran di Masjid Darul Ulum.