Ganyang atau Gandeng Malaysia?
Beberapa hari ini kita terusik oleh berita mengenai “klaim” Malaysia atas budaya lokal Indonesia untuk kesekian kalinya. Seolah negeri Jiran itu tak hentinya menabuh genderang “keramaian” bangsa ini. “Klaim” terakhir yang dilakukan oleh negara tujuan ekspor TKI tersebut adalah atas Tari Tor-tor dan alat musik Gondang Sambilan dari Mandailing Sumatera Utara sebagaimana dilansir situs berita Bernama (Kompas, 16/6). Sontak ‘ulah’ ini menjadi “kehebohan” dimana-mana. Mulai dari media cetak maupun elektronik bahkan jejaring sosial semacam Facebook dan Twitter turut “heboh” dengan kecaman dan “rasa marah” yang membuncah dari segenap anak negeri yang merasa terusik rasa nasionalismenya. Ada yang berunjuk rasa, ada yang membuat persatuan Ganyang Malaysia dan sejenisnya. Bahkan jika negeri asal Siti Nurhaliza itu menyebut kita “indon”, bangsa ini memiliki julukan sebagai “Malingsia”. Sebuah ungkapan yang menunjukkan kekesalan atau bahkan kemarahan tingkat tinggi yang sudah muak dengan adanya 'klaim' demi 'klaim' negeri Petronas itu yang bahkan sudah dimulai sejak puluhan tahun silam.