Syahdan jawaban sudah tersedia sekali lalu. Ternyata dia cuma malu. Dirinya yang dulu memaknai hidup sambil lalu. Seperti nangui yang melahap apa dihadapan, begitu pula ia ingin nyaman di masa depan.
Ah, dunia memang kejam. Menuntut siapa saja yang hidup setengah sadar di dalamnya. Sibuk memburu materi yang nyatanya bisa membuat tenggelam. Hitam. Lalu ketika akhirnya mulai sadar, malang nian telah menempuh jalan yang tak terkira jauhnya.
Harusnya ilmu ekonomi, bukan akuntansi. Duh, lagi-lagi merutuk diri. Sisi lain membisik provokasi. Dua tahun berlalu harusnya sudah bisa terima. Cukup teruskan yang telanjur mulai lalu tuntaskan. Bukan malah menulis elegi. Berpikir setengah mati, bikin habis energi.