Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ruang Kelas

Tradisi Nyadran bersama Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang Posko 100 Desa Kreyo Wonotunggal Batang

16 Juli 2024   10:16 Diperbarui: 16 Juli 2024   10:25 160 2
Tradisi nyadran bersama mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang posko 100 Desa Kreyo Wonotunggal BatangJum'at, 12 Juli 2024

Kompasiana.com Mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang posko 100 mengikuti tradisi nyadran di Desa Kreyo Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. (Jum'at, 12/07/24)

Nyadran merupakan tradisi yang tercipta dari proses akulturasi antara budaya Jawa dengan budaya Islam. Selain untuk menghormati leluhur, Nyadran selalu dilaksanakan setiap tahun untuk melestarikan tradisi tersebut secara turun-temurun. Nyadran disini dilaksanakan di bulan Muharram.

Adapun acara di desa Kreyo ini meliputi karnaval, Pengajian umum sekaligus peresmian gedung baru yang ada di alas pendhawa. Adapun susunan acaranya meliputi pembukaan dari rebana dan penampilan kuda lumping. Selanjutnya pembacaan tahlil, menyanyikan lagu Indonesia Raya, Peresmian gedung, mauidhoh hasanah, doa dan yang terakhir perebutan gunungan. Untuk acara karnaval dimulai setelah jum'atan sekitar pukul 13.00 yang dimulai dari desa Kreyo menuju ke lapangan dan dilanjut ke alas pendhawa, yang diikuti seluruh warga desa Kreyo dengan menggunakan baju adat.

Selain itu, acara ini dihadiri oleh bapak kapolsek, Danramil dan Ketua MLKI. Acara sangat ramai sekali. Tak hanya para warga yang memadati tapi para penjual pun ikut memenuhi lokasi.

"Saya ikut jualan setiap tahun mbak disini, sangat ramai pembeli. Sehingga keuntungan yang saya dapatkan alhamdulillah. "Ucap Ibu sarti (salah satu penjual)

Penjual tidak hanya dari dalam desa, tetapi ada juga yang dari luar desa. Banyak sekali aneka dagangan yang di jual diantarannya; pop Ice, jus buah, bakaran dan lain-lain.

Dalam acara ini juga sebagai bentuk rasa syukur dan doa agar tanah dapat subur. Salah satunya dengan menyembelih kambing sebanyak 3 ekor. kemudian dimasak di Alas Pendhawa yang beratapkan langit dan udara yang berkabut. Banyak ibu-ibu dan bapak-bapak yang membantu mengeksekusi daging kambing tersebut.

Menurut ibu rt, bu Murdhiah mengatakan" Kita menyembelih kambing sebagai rasa syukur atas hasil yang kita peroleh dari tanaman yang kita tanam. Dan dana berasal dari iuran warga. "Tegasnya

Harapan warga Kreyo ingin tradisi ini dapat berkembang dan tetap dilestarikan sampai kapanpun

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun