Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Selera yang (tak) menyelerakan~

27 Januari 2014   11:09 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:25 20 1

Sobat..
Di alam kertas boleh saja kemiskinan berkurang.
Tapi itu tidak di alam nyata, yang hidup benar benar sangat sulit.
Yang minoritas semangat menjepit, yang mayoritas semakin terhimpit.
“Keadaan” itu sangat menunjang keberlangsungan hidup,
Di Utara berkata “itu pasti hasil korupsi atau mungkin berternak tuyul disana sini”
Di Selatan berujar “mereka malas bekerja, pantas saja malas berusaha”

Yang pasti.. Orang baik itu punya kepentingan, apapun itu alasannya.

Sobat..
Penguasa kita boleh saja silih berganti wujud dan suasana,
tapi tidak untuk urusan selera, yaitu urusan duit dan kekekuasaan..

Nikmat itu adaanya di otak, lewat cara berpikir lalu dirasa,
Entah itu perihal selera lidah, selera hati, selera birahi.
Bahkan selera selera yang tidak menyelerakan.
Jika otak sudah menyimpulkan hitam, hitamlah yang ada disemuanya.

Sobat..
Sekarang, orang baik lebih memilih diam.
Lebih berperilaku apatis, daripada berperang dengan hati nurani.
Baginya, mengikuti sistem itu, sama halnya dengan menciumi bau yang ada di rumah sakit.

Tak ada seorang pun yang mampu menerka bau khas di tempat itu apa namanya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun