Selain dekat dengan para kelompok petani, Moeldoko juga dekat dengan para kiai. Dalam berbagai acara di pesantren, terlihat Moeldoko aktif sebagai pembicara.
Moeldoko, anak bungsu dari 12 bersaudara. Lahir dari pasangan suami-istri Moestaman dan Masfuah di Desa Pesing, Kecamatan Purwoasri, Kabupaten Kediri, pada 8 Juli 1957.
Ia mengaku bangga hidup pemberani berkat gemblengan kiai. Pergaulannya di surau sedari kecil juga membuat Moeldoko kerap menggelorakan nama baik Islam. Berikut kiprah Moeldoko yang membuat namanya harum dan didukung banyak kiai:
1. Merilis Buku M-Leadership
Kepemimpinan Moeldoko sejak menjabat panglima TNI perlu dicatat sebagai histori teladan bagi bangsa. Buku M-Leadership yang diterbitkan Kamis, (10/11/2022) memuat ajakan berani memimpin kompilasi bidang militer, sipil, dan bisnis.
Moeldoko menyisipkan model krusial untuk berani memimpin, secara berurutan:
Move, pemimpin harus berani bergerak cepat dengan bijak dimulai dari pergerakan kecil.
Motivate, pemimpin harus bisa memotivasi juga melawan rasa takut saat mencapai visi-misi.
Make it difference, pemimpin harus berani berinovasi dan kreatif untuk menyelesaikan permasalahan secara efisien dan efektif.
Dalam hal kepemimpinan, Moeldoko sangat optimis terhadap para santri untuk berkompetisi dan kuat beradaptasi di global yang dinamis dan penuh kejutan.
2. Menolak keras kriminalisasi ulama
Fenomena kriminalisasi ulama menjadi isu seram bagi umat Islam dengan berbagai tudingan kepada pemerintah yang dinilai anti agama. Moeldoko menolak keras ini karena baginya, semua sama di mata hukum. Istilah kriminalisasi ulama hanya dijadikan mobilitas emosi untuk memancing skeptis terhadap pemerintah.Â
Saat fenomena ini memuncak, Moeldoko tak segan menjenguk Syekh Ali Jaber yang saat itu menjadi korban penusukan oleh orang tak dikenal setelah mengisi acara ceramah di salah satu masjid Bandar Lampung.
3. Mengusulkan keterlibatan NU dan Muhammadiyah Â
Dalam tubuh KPK muncul soal-soal tes wawasan kebangsaan (TWK) yang dinilai mengandung penistaan, pelecehan seksual, dan sangat menyimpang dari tes jabatan profesional KPK.
Moeldoko dalam polemik ini mengusulkan NU dan Muhammadiyah dilibatkan dalam pembuatan soal TWK. Menurutnya, kedua organisasi Islam tersebut telah berhasil mempersatukan bangsa.