Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Meninggalkan Kebiasaan Buruk Mengeluh

14 November 2023   12:30 Diperbarui: 14 November 2023   12:37 117 12

Terkadang situasi hati sesorang sering kali dinamikanya berubah-ubah, hari ini senang dan gembira, hari-hari berikutnya sedih dan gundah gulana, bahkan terkadang berada dalam situasi dan kondisi yang pelik bingun, marah, dan ketakutan yang luar biasa,campu aduk  tidak karuan seolah-olah tidak adalagi harapan untuk hidup lebih bahagia dan sejahtera seperti layaknya dimiliki orang lain.

Situasi hati dan kondisi seperti ini sesungguhnya fitrah bagi setiap orang, ini artinya setiap orang dalam proses kehidupannya pernah mengalami situasi dan kondisi seperti ini, stimulasi dari suatu keadaan disekitar kita kerap kali memang seringkali seperti ini, hanya saja apakah reaksi yang kita lakukan atas situasi dan kondisi yang membuat seseorang tersiksa, haruslah ditanggapi dengan rasa tenang, atau malah sebaliknya sebaiknya tidak usah ditanggapi atau ada reaksi ? reaksi sebagai respon atas berbagai kondisi dan situasi yang tidak mengenakkan seseorang kadang bersifat buruk (negatif) terkadang bersifat baik (positif), disinilah titik pentingnya seseorang itu untuk selalu Khusnuzon yang baik kepada sang pencipta.

Khusnuzon yang baik kepada sang pencipta adalah fondamen utama, karena dari sinilah respon-respon yang dilakukan itu mengandung pemaknaan penting dan mendalam sebagai jalan menuju kebaikan itu, agar  tidak sakit hati dan malah sebaliknya mungkin saja dirasakan lebih asik, karena terus menerus melahirkan rasa syukur yang terus menerus, dan sebaliknya jika berburuk sangka, akan melahirkan sakit hati dan terus menerus akan mengeluh.

Mengeluh adalah sifat buruk yang dalam banyak hal dari sudut pandang Islam, akan mengungkung rasa siksa yang amat berat yang dihadapi seseorang, dengan merasa segala yang dihadapi itu tidak bisa dirasakan dengan asik dan puas, padahal merasa puas dan asik atas apa yang disandarkan pada diri seseorang kepada sang Pencipta bahwa sesungguhnya sang pencitalah Tuhan Yang Maha Esa, adalah sumber dari segala sumber ketenangan hati itu. 

Merasa puas dan asik atas segala apa saja yang dilakukan seseorang semata-mata karena Sang Kholiq, adalah buah manisnya Iman, dari hasil selalu berbaik sangka kepada sang Kholiq, dan akan melahirkan dorongan sikap selalu bersyukur, dan sebaliknya mengeluh akan dapat menjauhkan dari rasa syukur itu, padahal seseorang dalam menjalin hubungannya dengan sang Kholiq kunci utamanya adalah selalu bersyukur, bahkan dalam suatu riwayat tertentu dalam hadis kudsi dikatakan orang-orang shaleh selalu mengatakan rasa bersyukurnya karena tidak melakukan maksiat.

Hidup itu wahjud waktarip selalu bersujud dan mendekatkan diri kepada Alloh SWT, potensi mensengsarakan sesungguhnya ada pada diri kita sendiri, karena menuruti hawa nafsu, padahal sesungguhnya semua yang ada pada diri kita ini merupakan sarana beribadah, oleh karena itu harus sayang dengan diri kita sendiri, dan menyadari atas kekurangan yang ada pada diri kita sendiri dapat dijadikan sebagai sarana untuk bertakzim kepada Alloh SWT, dan kekurangan yang ada diri seseorang sebagai sarana untuk selalu bersyukur, fatkuli ngibadi meski kita merasa hebat, kita ini hanya seorang abdi, yang selalu mengabdi kepada Alloh SWT.

Berangkat dari pemikiran ini kita hendaknya kita selalu memulai menata hati, mengelola hati, untuk berlatih bersyukur agar jauh dari sifat selalu mengeluh, mencoba mentradisikan selalu bersyukur kapanpun dimanapun, mentradisikan dalam kehidupan diri sendiri, dalam kehidupan berkeluarga, bertetangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, Sholat itu maklumat, sebagai media luar biasa, apapun problemnya alhamdulillah, sebagai penyemat rasa bersyukur, dan sholat sebagai maklumat untuk bersyukur.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun