Beberapa bulan, hujan telah menyepi dari lembah suf kampung Nainawa. Dedaunan memilih menggugurkan diri sebelum waktunya. Yang bertahan adalah siapa yang mampu mencari jalan yang telah ditakdirkan untuk mampu menyelamatkan diri masing – masing. Nainawa melamun diteras rumah. Kakinya dilipat, sikunya menumpu pada paha kanannya lalu jemarinya menopang dagunya. Matanya menatap kosong. beberapa waktu lagi waktu untuk melunasi utangnya akan berakhir, namun uangnya belum cukup. “Adakalanya penjara bukanlah jeruji besi tetapi perasaan yang ditambatkan pada keresahan” bisiknya pelan.
KEMBALI KE ARTIKEL