Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Removing the Hearts

29 September 2011   17:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:29 62 0

Menghilangkan Hati (Melupakan Rasa)

Apakah makna yang tersirat dari sebuah judul coretan tangan “Menghilangkan Hati (Melupakan Rasa)? Apabila judul tersebut bermakna, maka kemungkinan dapat bermakna variasi sesuai dengan kondisi rasa pada seseorang yang sedang membaca coretan tangan ini. Ketika kondisi rasa seseorang sedang didampingi dengan kasih sayang percintaan, mungkin judul tulisan ini diartikan dengan melupakan perasaan kasih sayang cinta kepada seseorang belahan kasihnya. Lalu, bagaimana ketika orang yang membaca sedang ditimpa suatu musibah penyakit atau kecelakaan misalnya. Orang tersebut kemungkinan akan memaknai bahwa kejadian musibah yang dialami telah menghilangkan hatinya atau menghilangkan perasaannya karena tekanan yang berat.

Ketika judul tersebut dibaca oleh orang yang sedang mempunyai masalah, maka kemungkinan besar orang tersebut memaknainya sebagai judul yang sangat mewakili perasaannya bahwa dia ingin melupakan rasa “masalah” yang pernah atau sedang dihadapinya. Ya, mungkin itulah makna yang tepat dan sesuai dengan apa yang dimaksudkan penulis. Agaknya, judul tersebut lebih banyak berorientasi pada pemaknaan yang mengandung aura negatif, seperti masalah kehilangan cinta, tekanan, maupun masalah-masalah pada umumnya. Mungkin dapat diartikan sebagai judul yang beraura positif, yaitu jika orang memaknai sedang dalam kondisi berjiwa besar, penyabar dan penyayang. Sepintas membaca judul tersebut, seseorang dalam kondisi berjiwa besar, memaknainya dengan “Menghilangkan Hati (Melupakan Rasa) kecewa, rasa benci kepada orang yang pernah menyakitinya atau orang tua yang dikecewakan oleh anak.

Kembali pada makna yang dimaksudkan penulis, yaitu menghilangkan hati, melupakan rasa terhadap masalah yang sedang dihadapi. Ketika seseorang mengalami masalah yang berhubungan dengan orang lain, lalu menyebabkan ikatan “silaturahmi” terabaikan, maka dapat dirasakan ganjalan di hati yang begitu “risih”. Apalagi ketika seseorang tersebut dekat dengan kita, dalam artian pada lingkungan sehari-hari kita beraktivitas. Mayoritas orang di sekitar memang mengatakan bahwa orang tersebut memiliki rasa iri yang besar kepada kita misalnya. Hingga pada suatu hari, entah karena sesuatu hal dan tak tahu sebenarnya masalah apa yang seseorang tersebut ributkan kepada kita menjadikan kita sebagai orang yang “terdzolimi”, diacuhkan bahkan direndahkan, apa yang dapat dilakukan?

Beralasan pada hal yang kelihatannya “sepele” dapat menjadikan hubungan retak, walaupun sebenarnya masalah yang terjadi dapat didasari rasa iri (tanpa berprasangka, namun melihat kondisi dan real). Ketika kita mencoba menenangkan diri, melihat masalah, dan akhirnya mencoba bertahan, mencoba bersikap “meminta maaf” walaupun sudah tersakiti, tetapi seseorang tersebut malah semakin memperkeruh keadaan hingga membuat kita semakin “takut” untuk bersikap lanjut, apa yang harus kita lakukan? Apakah terus berjuang, semangat… apakah bersikap cuek, padahal masalah itu benar-benar menghabiskan aktivitas kenyamanan kita, seperti ingin mengakhiri namun dengan kelegaan hati, sementara seseorang tersebut seakan-akan terus menyakiti kita dan memojokkan.

Yah… akhirnya (walaupun tidak menghilangkan niat untuk mengakhiri dengan kebaikan), waktu yang akan menjawab ini semua… Agar hidup dan kehidupan tetap berjalan dengan baik, memprioritaskan apa yang perlu dipikirkan dan dilakukan, membuat orang-orang tersenyum kepada kita, akhirnya hanya dapat berucap aku ingin menghilangkan hati (melupakan rasa) sejenak… dengan senantiasa mengharap penerangan jalan dari Yang Maha Kuasa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun