Hal ini bukan tanpa sebab, kericuhan politik akibat nyanyian via sms dan messenger dari negeri seberang, apalagi ditambah "press conference" via telefon dan sekarang ditambah lagi oleh pengakuan via Skype, semakin menambah heboh dunia perpolitikan di tanah air.
Banyak pihak terutama dari partai yang berseberangan dari partai yang sedang bermasalah, mencoba menahan diri, meski ada yang sempat keceplosan juga ikut-ikutan nimbrung namun akibatnya berujung kena tembak serangan balik versi nama inisial.
Sebenarnya, adalah bijak bagi para partai lain untuk tidak ikut-ikutan ikut campur dalam masalah friksi internal di dalam partai penguasa tersebut. Ini karena terkait masalah etika politik, dan sudah menjadi rahasia umum, sama-sama tahu dan pegang rahasia masing-masing.
Yang jadi masalah, nyanyian tembakan dari negeri seberang, secara terus menerus telah memerahkan telinga sebagian besar petinggi negeri ini. Padahal baik yang menembak maupun yang ditembak, sama-sama punya dosa masing-masing. Hanya saja, karena merasa ditelikung dari belakang, dan dijadikan tumbal politik, lantas pedoman baku "bumi hangus" untuk sama-sama hancur dan rusak ala jaman dahulu pun dipakai sebagai upaya terakhir mencegah kehancuran total nama baik yang bersangkutan.
Ini menarik, karena strategi bumi hangus dan lautan api ala elite politik ternyata masih ada yang memakai sebagai senjata pamungkas di kala posisi sudah terdesak hebat. Celakanya, yang ditarik ramai-ramai untuk ikut terbakar tidak memiliki kemampuan untuk berkelit dan melancarkan serangan balasan. Mungkin karena tidak menyangka akan mengalami serangan balik seperti ini.
Akibatnya usulan KLB (Kongres Luar Biasa) yang bukan Koq Loe Begitu menjadi mencuat hebat, mengalahkan esensi Koq Loe Begitu yang awalnya hanya untuk melampiaskan kekesalan dan pembelaan diri.
Memang benar, urusan politik tidak ada yang mengalahkan "The Smiling General" yang sudah mangkat karena usia lanjut. Para politikus muda perlu belajar banyak dari sejarah, bukan hanya dari satu dua orang tokoh, agar bisa menjadi elite politik yang mumpuni dan tahan goncangan serangan bertubi-tubi, serta memiliki jurus-jurus sakti untuk menangkal serangan dari dalam dan luar.
Soal apakah korup atau tidak, ada pepatah yang bagus mengatakan "Power tends to corrupt", dan umumnya "justice is blind when it is talking about politics" karena "There is no winner in politics, only survivor fittest".