Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

KOMUNIKASI : UPAYA UNTUK MENGURANGI KETIDAKPASTIAN

30 Desember 2013   00:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:22 65 0

Ketika saya mengambil mata kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi dahulu (sekitar 20 tahun yang lalu), saya ingat ada sekitar 130-an definisi komunikasi yang diberikan oleh dosen kami dalam buku pengantar kuliah waktu itu. Kumpulan definisi ini adalah rangkuman dari berbagai sudut pandang yang berupaya mendefinisikan apa itu "komunikasi".

Salah satu definisi yang sederhana dan berkesan bagi saya -dan terus saya ingat sampai saat ini- : "Komunikasi adalah upaya untuk mengurangi ketidakpastian."

Mengapa definisi ini sangat berkesan buat saya?

Ada 2 alasan filosofis yang mendasari hal ini:

Pertama, komunikasi adalah hal yang tidak terhindarkan dalam kehidupan manusia. Komunikasi adalah hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti melakukan komunikasi dalam hidupnya (komunikasi verbal dan non verbal).

Kedua,ketidakpastian adalah hal yang tidak nyaman dan manusia akan cenderungberupaya untuk mencari kepastian atau paling tidak menguranginya.

Kedua hal ini tidaklah terpisahkan, seperti sebuah koin yang bersisi dua. Manusia diperhadapkan dengan ketidakpastian, sehingga dalam upaya mengurangi ketidakpastian itulah manusia kemudian berkomunikasi. Dan karena ketidakpastian merupakan hal yang senantiasa dialami oleh manusia, hal ini membuat komunikasi menjadi hal yang akan terus dilakukan oleh manusia dan tidak terhindarkan.

Kesempatan melayani di dunia siswa dan mahasiswa selama ini telah mengajarkan kepada saya pentingnya komunikasi, sebagai upaya mengurangi ketidakpastian dalam konteks kerohanian.Dan dalam kaitan dengan hal ini, saya belajar pentingnya untuk mendengar sebelum akhirnya bisa membagikan apa yang saya yakini.Salah satu contoh sederhana adalah melihat kehausan para siswa untuk memperoleh informasi tentang berbagai hal, termasuk hal yang rohani. Mereka berupaya mencari jawaban atau mungkin juga hanya sekedar peneguhan (affirmation). Namun satu hal yang saya amati, dalam era informasi ini, media telah menjadi teman yang setia bagi banyak remaja, termasuk remaja Kristen. Contoh sederhana, mungkin bisa mencoba bertanya kira-kira berapa banyak remaja Kristen yang mencari informasi tentang tentang sex kepada orang tua mereka? Ke guru? Ke Pendeta? Kadangkala gereja tidak terpikir untuk mengakat tema yang penting seperti ini dalam persekutuan remajanya.

Saya pikir, kita juga perlu secara kristis memikirkan kembali beberapa metode penyampaian kita yang cenderung hanya satu arah. Kita mungkin begitu ingin menyampaikan keyakinan/kepastian kita, namun kita mengabaikan untuk mendengar  apa yang menjadi pergumulan mereka. Kembali kepada keyakinan bahwa manusia adalah makhluk komunikasi, maka saya pikir kita perlu memberikan kesempatan kepada setiap individu untuk mengekspresikan dirinya. Dan dalam hal ini juga perlu untuk terus mengembangkan pelayanan pribadi ataupun kelompok kecil, sehingga kita juga dapat menjangkau mereka yang mungkin suaranya nyaris tak terdengar dalam forum-forum pertemuan besar, yang seringkali hanya dikuasai oleh mereka yang jago ngomong.

Gereja, persekutuan siswa/mahasiswa Kristen dan semua bentuk persekutuan orang percaya, perlu terus terbuka untuk menjadi komunitas di mana orang mendapatkan kesempatan untuk MENDENGAR dan juga untuk DIDENGAR (to hear and to be heard). Dan untuk itu, mungkin akan semakin banyak dibutuhkan orang-orang rela untuk MENDENGAR, yang pada akhirnya membawa orang lain kepada kepastian yang kekal.

Give me the gift of a listening heart.

King Solomon

If speaking is silver, then listening is gold.

Turkish Proverb

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun