Perkembangan kebiasaan melukis pun terlihat seiring berkembangnya peradaban manusia. Dari lukisan yang awalnya dilakukan di dalam dinding goa dan tembok yang kasar dan tidak terbentuk hingga lukisan yang dilakukan pada bidang-bidang kreatif, bukan sekedar bidang konvensional, untuk mengekspresikan emosi yang mendalam dari pelukisnya. Dari yang awalnya hanya sekedar untuk mengingat sebuah memori, menggambarkan situasi, hingga sarana komunikasi langsung, menjadi bentuk yang menyuarakan kreativitas, imajinasi, inovasi, hingga ekspresi perasaan yang kontras dengan sekitar.
Sebagai orang awam yang tidak mengetahui banyak mengenai seni, sebuah pertanyaan muncul. Bagaimana para pelukis mendapatkan ide untuk seni yang dibuatnya dalam kanvas kreativitasnya? Asal ide atau inspirasi dari lukisan-lukisan yang dibuat dapat ditentukan dari beberapa hal: pengalaman, imajinasi, emosi, hingga kepada hal-hal yang menarik yang dilihat dari seniman tersebut. Tetapi semuanya kembali dari hati dan pikiran masing-masing seniman. Seorang seniman membutuhkan semua pikirannya dan semua hatinya untuk membuat lukisan. Tidak bisa setengah-setengah.
Semua garis yang dibentuk dalam sebuah lukisan, semua titik, semua cat yang telah tertumpahkan di dalam kanvas sesuai dengan kondisi hati dan pikiran pelukis. Dengan begitu menjadi jendela jati diri dan media ekspresi massa.