Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Erick Diserang karena Bongkar Jiwasraya, Asabri, dan Garuda

16 November 2021   16:36 Diperbarui: 16 November 2021   16:36 305 0
Oleh Abdullah Sammy

Sebulan terakhir ini, nama Erick Thohir dikaitkan-kaitkan dengan sejumlah isu. Dari namanya disangkutpautkan dengan bisnis PCR hingga dituding sibuk pencitraan untuk 2024. Tak cukup sampai di situ, muncul kemudian massa tidak dikenal mendemo gedung KPK. Muncul pula deklarasi relawan Luhut-Erick sebagai pasangan capres-cawapres. Yang terbaru muncul orang tak dikenal dengan mencatut nama Kawan Erick datang ke KPK untuk meminta sejumlah tokoh diperiksa.

Sulit untuk tidak menduga bahwa segala isu ini memiliki keterkaitan. Jika memakai teori konspirasi maka otak intelektual maupun sponsor yang memfabrikasi isu-isu itu adalah pertanyaan yang menarik untuk dijawab. Sebagai bukti yang memperkuat adanya konspirasi, muncul billboard besar di Tangerang Selatan yang berisi seruan agar Erick dipecat. Sebagai gambaran, biaya untuk memasang baliho itu berkisar antara puluhan hingga ratusan juta.

Jadi, sulit mengelakkan fakta bahwa ada pihak-pihak yang mendanai aksi itu. Namun kemudian pertanyaannya siapa dan untuk apa?

Untuk menjawab pertanyaan itu kita bisa menggunakan teori motivasi. Yorks (2001) menyebut motivasi sebagai kekuatan yang mampu mendorong atau menggerakkan seseorang untuk memenuhi keinginannya. Menurut Dessler (2006) motivasi berasal dari keinginan yang tidak tercapai.

Oleh karenanya, secara psikologi motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu dapat dipantik hasrat negatif. Akibat sesuatu tidak tercapai, seseorang jadi memiliki motivasi untuk menjatuhkan. Teori ini saya ingin kaitkan dengan konteks mengapa Erick kini diserang. Dari sejumlah fakta kronologis, kita patut menduga bahwa siapa aktor yang menyerang Erick adalah pihak yang memiliki hasrat akibat keinginannya tidak atau belum terpenuhi. Dalam bahasa sederhana, pihak-pihak yang selama ini periuk nasinya terancam oleh kebijakan bersih-bersih Erick.

Secara spesifik, jejak digital dapat membuktikan teori ini. Erick sejatinya sudah mendapat serangan sejak hari pertama duduk di kursi Menteri BUMN pada 22 Oktober 2019.  Baru juga ngantor sehari, Erick sudah diserang tudingan konflik kepentingan. Padahal membuat kebijakan pun belum! Serangan kepada Erick dilakukan via operasi media. Rekam jejaknya masih mudah didapati secara digital.

Fabrikasi serangan, fitnah, dan pencitraan negatif pada Erick semakin menjadi setelah eks Presiden Inter Milan ini membuat sejumlah kebijakan di Kementerian BUMN.

Gebrakan Erick dimulai dengan membongkar alur birokrasi Kementeriannya menjadi lebih ramping. Dia pun meminta seluruh direksi dan komisaris BUMN untuk menjalankan kesepahaman soal core value maupun indeks kinerja (KPI). Dalam kesepahaman itu ditegaskan bahwa setiap direksi dan komisaris yang tak sesuai standar etika dan performa akan otomatis dicopot. Beberapa petinggi BUMN pun langsung bertumbangan.

Tanpa segan Erick memecat direksi BUMN yang nakal. Mulai dari Garuda hingga Kimia Farma Diagnostik. Erick pula yang punya nyali membongkar sejumlah skandal besar yang selama ini terjadi di BUMN. Ini seperti skandal Jiwasraya dan Asabri.

Tak sedikit memang yang gerah dengan sepak terjang Erick yang berani itu. Tak heran serangan dan fitnah kerap dialamatkan pada Erick. Mulai dari serangan yang sifatnya politik dengan sandiwara deklarasi relawan Erick sebagai capres. Ada pula fitnah terkait sejumlah isu.

Serangan yang muncul semakin gencar ketika Erick membongkar sejumlah kasus korupsi besar di BUMN. Sebut saja ketika Erick sendiri membongkar kasus Jiwasraya. Lucunya, pihak yang terseret megakasus itulah yang justru melontarkan serangan berbau fitnah pada pribadi Erick. Serangan dilakukan via sejumlah proksi bayaran di media sosial.

Cocokologi fitnah soal Jiwasraya yang dikaitkan dengan salah satu perusahaan Erick sejatinya sangat mudah dipatahkan lewat fakta maupun akal sehat. Ini terutama dengan fakta bahwa investasi Jiwasraya pada saham ABBA (Mahaka) dilakukan jauh sebelum kasus terjadi, atau pada 2014. Fakta pula bahwa investasi Jiwasraya di Mahaka justru menghasilkan keuntungan Rp 2,8 miliar.

Fitnah dari proksi bayaran juga menyasar pada akuisisi Telkomsel dan Gojek. Cocokologi pun diarahkan pada sosok Boy Thohir yang merupakan komisaris Gojek. Serangan yang lagi-lagi tak berdasarkan basis kompetensi dan kapasitas ilmu manajemen korporasi. Lebih dari itu fitnah tak belandas logika.

Sebaliknya, serangan semakin mencerminkan skenario dari pihak-pihak yang gerah dengan sepak terjang Erick di BUMN. Sebab faktanya, Telkomsel mengakuisisi Gojek yang notabene merupakan digital platform dengan valuasi terbesar di Indonesia. Terlepas posisi Boy, strategi akuisisi Telkomsel merupakan langkah korporasi yang sangat efektif untuk mengejar ketertinggalan Telkom di dunia digital.  Langkah ini secara parameter ilmu manajemen merupakan strategi terukur Telkomsel untuk mengembangkan usahanya.

Faktanya, Gojek merupakan rebutan perusahaan besar dunia, seperti Google dan Alibaba. Sebuah langkah tepat jika Telkomsel sebagai perusahaan nasional mengamankan posisinya pada aset vital perusahaan digital nasional tersebut.

Walau mendapat serangan balik, Erick bergeming. Dia tetap berani buka-bukaan atas sejumlah penyimpangan yang selama ini terjadi di BUMN. Ini seperti langkah berani Erick membawa kasus penyewaan pesawat yang telah berpuluhan tahun membebani Garuda. Erick juga berani menekan pihak internasional yang terlibat dalam praktik sewa-menyewa pesawat yang telah membuat performa finansial Garuda babak belur.

Bersamaan dengan langkah berani Erick ini, serangan balik pun bekerja. Polanya masih sama dengan serangan-serangan terdahulu. Digunakan pengamat-pengamat bayaran dengan baju sebagai aktivis. Skenario tersistematis pun dirancang dengan lagu baru yakni isu bisnis PCR dalam PT GSI.

Operasi dilakukan lewat serangan darat dan udara. Serangan udara lewat jalur media sosial hingga media bayaran.  Sedangkan di darat, sejumlah sekenario demonstrasi, aksi relawan bodong, hingga pemasangan billboard. Semua serangan ini dirancang secara sitematis dan terencana. Semua sudah dilakukan sejak menit pertama Erick bersih-bersih di BUMN.

Erick ibarat orang yang tiba-tiba datang dan menganggu pesta komplotan yang telah lama menggerogoti perusahaan negara. Ibarat sarang lebah yang diusik, sudah pasti komplotannya akan bersatu untuk menyerang balik.

Jejak digital membuktikan hal ini. Setiap Erick melakukan gebrakan bersih-bersih, niscaya beragam serangan balik berupa fitnah akan muncul dari aktor bayaran berbaju aktivis media yang orangnya itu-itu saja.  Pola serangan, alur cerita hingga nominal untuk memfabrikasi fitnah pun selalu sama.

Rasanya, akan semakin banyak lagi gebrakan yang dilakukan Erick guna membenahi BUMN. Dan sepanjang itu pula akan semakin banyak oknum yang termotivasi untuk menjatuhkan Erick.

Semua operasi ini merupakan cermin era post truth. Semua cara digunakan demi memuluskan tujuannya. Namun seperti ungkapan tokoh Grace Sampson  dalam serial Jupiter Legacy, "Dalam segala hal akan selalu ada rintangan, namun selalu juga ada cara untuk menghadapinya."

Data Kronologis Gebrakan Erick vs Serangan Balik

20 Oktober 2019: Usai dilantik Erick menyatakan akan melakukan sejumlah perubahan di Kementerian BUMN
Vs
22 Oktober 2019: Erick diserang dengan isu konflik kepentingan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun