Dengan menjadikan akal dan keimanan sebagai kesatuan relasi, kitab suci terjaga dalam mengelaborasikan cita-cita religius, serta mengantar manusia beragama kepada Telos yang bersandar pada kemampuan akal sebagai alat fiksionalitas dan diimbangi dengan keimanan sebagai daya pendirian dalam pencapaiannya.
Akal sebagai alat penghubung fiksi merupakan aktivitas rasio yang melibatkan pengembangan representasi kompleks dari apa yang digambarkan didalam kitab suci, dan diuraikan melalui kesadaran alam pikiran yang menginformasikan seorang penganut agama untuk memotret fenomena-fenomena yang pada dasarnya belum terjadi.
Didalam kitab suci, tidak semua hal bisa didekatkan melalui fiksionalitas. Karena didalam kitab suci juga terdapat uraian-uraian kategoris sebagai seruan Tuhan yang membimbing manusia pada metodologi keagamaan yang menjadi dogma atau prinsip-prinsip dasar keimanan.Â