Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Perusahaan Ritel Tergerus Akibat Pandemi, Ketua DPR: Ayo Berinovasi

2 Agustus 2021   21:48 Diperbarui: 2 Agustus 2021   21:51 100 2
Perusahaan ritel di Indonesia harus gulung tikar akibat pandemi. Setidaknya sudah 1.300 toko ritel tutup saat pandemi.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mande menyebut, dari bulan April hingga Juli 2021 ada 2.040 toko ritel yang sudah tutup akibat pandemi Covid-19.

"Kami mencatat sepanjang dari bulan April sampai bulan Juli ini ada 2.040 anggota ritel modern Aprindo sudah menutup gerainya, artinya ada sekitar 4 toko setiap hari yang tutup," katanya.

Roy mengatakan, angka itu belum termasuk toko-toko kelontong di luar anggota Aprindo. Belum lagi toko ritel makanan dan minuman di pinggir jalan ramai lainnya.

"Dan di dalam di kondisi kalau kita kombinasikan totalnya sekitar 2.040, ini belum termasuk toko-toko kelontong yang di ruko, yang memang bukan anggota kami, kemudian toko P&D dan lain sebagainya," ucapnya.

Terbaru, seluruh gerai Giant di Indonesia resmi tidak lagi beroperasi di Indonesia mulai 1 Agustus 2021.

Hal itu merupakan keputusan PT Hero Supermarket Tbk selaku pengelola, yang memutuskan untuk menutup seluruh gerai Giant di Indonesia per akhir Juli 2021.

Dalam pengumumannya pada saat itu disebutkan, penutupan Giant merupakan bagian dari langkah Hero yang akan lebih fokus pada pengembangan gerai merek lainnya, yaitu IKEA, Guardian, dan Hero Supermarket.

"Gerai Giant lainnya akan dengan berat hati ditutup pada akhir Juli 2021," kata Direktur Hero Supermarket, Patrik Lindvall.

Penutupan Giant juga merupakan bentuk adaptasi Hero Group terhadap dinamika pasar dan tren pelanggan yang terus berubah.

Rugi milyaran

bisnis PT Hero Supermarket Tbk terus ditutupi awan mendung. Sampai semester I 2021, pendapatan Hero anjlok 25,99%, rugi membengkak dua kali lipat, hingga akhirnya harus menutup gerai Giant secara permanen.

Berdasarkan laporan keuangan, emiten retail berkode saham HERO ini membukukan pendapatan bersih senilai Rp 3,66 triliun pada semester I-2021 atau anjlok 25,99% dibanding periode sama tahun lalu senilai Rp 4,95 triliun.

Hal itu salah satunya yang membuat Hero harus merugi Rp 550,88 miliar atau membengkak dua kali lipat lebih dari rugi Rp 202,07 miliar.

Menurut Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Alphonzus Widjaja kerugian perusahaan ritel diakibatkan adanya kebijakan penerapan PPKM darurat cukup menyulitkan para pengusaha. Alphonzus meminta bantuan kepada pemerintah untuk bisa bertahan di masa PPKM yakni dengan relaksasi dan subsidi.

"Sebetulnya mendingan agak lebih baik dari 2020 tapi terjadi lonjakan kasus positif jadi semakin berat. Kami meminta bantuan pemerintah. Sekarang ini pemerintah harus lihat karena pelaku usaha sudah tidak mampu mengatasi masalah sendiri atas kemampuannya sendiri," ujar Alphonzus.

Menurutnya, pemerintah setidaknya mengeluarkan aturan yang memungkinkan untuk meniadakan sementara ketentuan pemakaian minimum atas listrik dan gas. Selain itu, pelaku usaha pusat perbelanjaan juga memerlukan penghapusan sementara Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB), pajak reklame, dan pajak retribusi lainnya yang bersifat tetap.

Penanganan

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut bahwa pemerintah akan memberi insentif fiskal tergolong baru pada dunia usaha selama pemberlakuan PPKM Level 4.

Salah satunya yaitu menanggung Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas sewa toko atau outlet di Pusat Perbelanjaan atau mal untuk masa pajak Juni-Agustus 2021.

Melihat hal itu, Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Puan Maharani mengatakan, krisis akibat pandemi tidak menghalangi pengusaha untuk bangkit. Menurutnya, pengusaha selalu bisa mencari peluang baru untuk beradaptasi.

"Saya yakin, yang namanya pengusaha adalah yang selalu bisa menemukan kesempatan di tengah kesulitan, yang bisa membuka jendela peluang baru untuk beradaptasi dengan situasi," kata Puan.

Dia menjelaskan, semakin besar tantangannya, maka semakin besar pula peluangnya. "Dari jendela peluang itu selalu saja kalau yang namanya dunia usaha itu selalu OKB yaitu optimis kreatif dan berani berinovasi," sambung dia.

Menurutnya, ada dua hal mengapa kelahiran inovasi-inovasi baru menjadi penting. Pertama, sebagai solusi terhadap masalah yang sedang dihadapi.

"Seperti inovasi vaksin yang dibutuhkan untuk mengatasi pandemi covid-19. Atau inovasi digital yang menjadi solusi bagi UMKM agar tetap bisa bertransaksi berusaha di tengah PSBB," jelas Puan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun