Ibu, 20 tahun silam seorang anak lahir dari rahim sucimu. Rahim yang sembilan bulan menjadi tempat tinggalku, lalu dengan pertaruhan nyawa engkau melahirkanku. Engkau adalah sosok penerang dalam kegelapan jalanku. Seorang ibu yang melahirkan, merawat, mendidik dan mengajariku berbagai hal sejak aku lahir pada pagi menjelang siang di hari Jum’at Pahing, tanggal 19 Maret 1993 Masehi dan bertepatan dengan tanggal 27 Ramadlan 1413 tahun Hijriah. Tepatnya sejak Mbah Dukun War, satu-satunya dukun bayi di kampung kita, membantu proses persalinan. Maklum, aku lahir di kampung yang belum mengenal dokter bersalin. Jangankan dokter, puskesmas saja belum dibangun. Apalagi Rumah Sakit Ibu dan Anak, mustahil akan ditemui di kampung yang jarak tempuh dari keramaian kota mencapai 60 KM.