Menjalin kasih dengan dua alam hati yang berbeda
Menyambangi deras waktu dengan penuh sukarela
Ada yang ingin tersampaikan yaitu tak sedikit cinta
Kusembunyikan romansa yang tersemat pada relung hati
Kukagumi berbagai kehadiran tanpa harus angkat kaki
Kudekati segenap sanubari dengan dekapan bahagia yang menemani
Kualami setiap episode-nya dengan penuh selimut misteri
Malam itu...
Rasa menjelma sebagai segenap kepastian yang siap menakluk
Renjana hati menghimpun asmara yang berkecamuk
Bintang malam berdecak kagum saat sedang membujuk
Sang rembulan pun ria menyaksikan momen yang sejuk
Serangkai suka dan duka
Secarik untaian kata-kata
Sekelumit gurau yang terlaksana
Secawan nada cinta yang berasa
Menemani Semerbak tawa yang berhembus pada belahan jiwa
Segala daya, upaya dan usaha telah kucipta
Bias malam membela perjuangan diri untuk bernegosiasi hati
Menjadi sebuah dilema diantara hidup dan mati
Sejatinya hati menjadi media yang istimewa bagi rasa
Suara menjadi perantara hati untuk meminta
Indera menjadi pinta untuk mengindahkan cara
Raga menjadi cita untuk memelihara cinta
Namun...
Hati iba menyaksikan hiruk-pikuk yang terpuruk
Momen tersirnakan oleh sayup-sayup ambang tersuntuk
Detik demi detik harapan termakan oleh pikiran yang kalang kabut
Ruang dan waktu menjadi saksi malam itu tak berbuntut
Kendatipun tak sejuwita seperti sedia kala
Keistimewaan rasaku ini bukanlah seperti serangan fajar belaka
Mati satu tumbuh seribu itulah obat bagi kesabaran yang digdaya
Seberinda kesediaan hati dan pikiran telah kucurahkan,
tapi tidak apa-apa...
Pada akhirnya...
Jika mencintainya sepenuh hati
Bila tidak hati-hati
Menjadi sebab akan dibenci
Pergi sebagai pengembara hati
Seraya melakoninya dengan penuh rasa ingin memiliki
Tiba dengan bejibun angan-angan yang tinggi
Lalu lekas berpulang hanya menggenggam sebuah ekspektasi...