Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Antara Jurnalis dan Entertaiment

6 Juli 2010   10:25 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:03 89 0
Banyak hal yang membuat orang selalu berpikir, mengapa profesi "kuli tinta" begitu penting? Padahal, sekilas kita melirik kembali pada massa kelam saat kebebasan berbicara dan memperoleh informasi dipasung, masyarakat gempar. Memberontak untuk meraih kebebasan itu sendiri. Alhasil, setelah kebebasan suara itu sendiri telah dicapai, tidak hanya kemajuan wawasan yang dimiliki oleh masyarakat. Namun, juga melonjaknya angka penyalah gunaan media.

Hal ihwal yang menurut sebagian pihak menganggap ada kesalah pahaman dalam mengartikan kata jurnalis itu sendiri -meskipun saya sendiri tahu, bahwa banyak buku yang masih sulit mendefinisikan arti kata jurnalis. Beberapa potret cukup hangat yang dimuat saat memperbincangkan sebuah kata fenomenal -untuk sebagian pihak- yakni "Entertaiment/Gosip/Gibah". Pasalnya, beberapa bulan terakhir ini Entertaiment telah dinobatkan menjadi bagian dari jurnalis itu sendiri. Tentunya, banyak menuai pro dan kontra. Meskipun media (suara, visual, dan media) yang menyetujui ketentuan tersebut masih memberikan kebebasan untuk menampung suara sumbang masyarakat, khususnya pendapat tentang Entertaiment. Namun, tidak pernah lebih mengena dari sekedar ungkapan, "Ya, sejak dulu Entertaiment memang telah kami anggap bagian dari jurnalis," tutur salah seorang yang diwawancarai dalam sebuah media.

Padahal, menurut sebagian orang menilai, Entertaiment tidak ada kaitannya dengan jurnalistik. Hal ini kaitannya dengan menjaga nama baik seseorang. Beda kepala, tentu beda pendapat. Di lain pihak menuturkan, "Bahkan Barack Obama masuk dalam kategori orang selalu ingin diketahui oleh masyarakat, lalu kenapa tidak untuk artis-artis kita?" Hal sebenarnya yang perlu dikaji ulang adalah sekat antara masalah pribadi yang harus dirahasiakan dan masalah pribadi yang merugikan banyak pihak. Maksudnya, ada kalanya masalah pribadi berbentrikan dengan masalah publik dan ini harus dikaji ulang, misalnya kekurangan ekonomi yang memaksakan seseorang untuk bertindak kriminal. Namun, tidak demikian dengan Entertiment. Masalah pribadi yang tidak ada hubungannya dengan orang lain -bahkan tidak satupun yang merasa dirugikan- malah diangkat. Sebut saja seperti kasus kawin-cerai yang selalu meliputi artis Indonesia, kasus video porno -yang nggak lebih penting dari kasus canturi- selalu ditayangkan, dan mengangkat pamor lebih dari seorang presiden Republik Indonesia. Ini lucu.

Bagaimanapun, jurnalis memang sangat dibutuhkan oleh masyarakat hingga saat ini. Terlepas dari keberadaan entertaiment, sudah seharusnya masyarakat harus mengambil sisi positifnya. Entertaiment hanyalah rubrik hiburan, tidak wajib ditonton, namun tetap membuka peluang kearah hal yang negatif. Perbedaan suara itu biasa, karena kita hidup dalam konsep demokrasi. Namun demikian, peranan jurnalis yang diharapkan akan tetap mampu meningkatkan moral masyarakatnya -termasuk pemerintahnya. (alf)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun