Kerusakan hutan di Indonesia sudah mengundang perhatian dari negara negara Eropa, sampai – sampai dana begitu besar digalang oleh pemerintah Eropa untuk memperbaiki kondisi hutan Indonesia. Kapan kerusakan hutan mengundang perhatian dari pemerintah dan masyarakatnya sendiri ? Barangkali perhatian baru muncul ketika asapnya sudah menutupi separuh negeri. Kabut asap yang terjadi hingga berbulan – bulan ini adalah hasil dari komersialisasi yang tidak diawasi (atau tidak ingin diawasi). Produksi kelapa sawit kita overboomed. Artinya sudah bukan lagi sekedar memenuhi kebutuhan konsumsi dalam negeri/ekspor. Itu sudah murni karena kepentingan perusahaan swasta yang mengambil untung dari sawit. Komersialisasi sumber daya ini tidak hanya terjadi dengan hutan, sawah dan laut juga sudah jadi korban dari pemanfaatan berlebihan. Apa terus akan dibiarkan keadaan ini terjadi? Mari kita hitung lagi daya dukung dan daya tampung lingkungan kita. Itu patokan untuk tahu berapa lahan yang harus dieksploitasi. Bukan lahan dieksploitasi sampai berapa kita mampu. Batasi kepentingan swasta dalam pengolahan lahan yang berdampingan langsung dengan fungsi lindung. Jangan diolah oleh swasta kalau perlu. Lahan yang berdampingan dengan fungsi lindung itu tidak disediakan untuk komersial (berlebihan), dan swasta tidak memahami itu. Kita bisa mengolah hutan, bisa mengolah sawah, bisa mengolah kebun, dan bisa mengolah sumber daya laut sendiri. Kita ini bangsa nelayan dan petani, memang bukan bangsa industri. Sudah ada dalam darah kita untuk bekerja selaras dengan alam
KEMBALI KE ARTIKEL