Dipandanginya malam yg sedang temaram. Dingin. Tapi tak sebeku hati Mardiyah. Ingatannya berlalu pada seorang laki - laki yang namanya pernah jadi raja di hati Mardiyah. Laki - laki yang dipujanya karna pandainya luar biasa. Sembahyang bisa, tapi bersenang senang selalu tau caranya. Tau kapan merendah dan selalu tau caranya meninggi. Mardiyah selalu senang dengan laki - laki macam ini. Semua ucapannya terasa madu. Mardiyah jatuh cinta. Mardiyah terperdaya. Sampai Mardiyah lupa bahwa laki - laki hatinya tidak berjumlah satu. Barangkali di awal awal dulu, Mardiyah jadi hatinya yg pertama, tapi kemudian Mardiyah harus tahu bahwa dia ternyata yg kedua. Atau ketiga, atau keempat, Mardiyah hanya tidak tau saja. Tapi diteruskannya hubungan yg barangkali orang lain hanya bisa geleng geleng kepala. Laki-laki itu barangkali sudah jadi candu bagi Mardiyah. Menyakitkan, tapi tidak pernah bisa dilepaskan. Tidak terasa setahun, lalu dua tahun, lalu tiga tahun, sampai tahun keempat, nyatanya Mardiyah terlalu sabar jadi perempuan. Bisa jadi pula terlalu bodoh, karna logikanya yg pandai itu dikesampingkan.
KEMBALI KE ARTIKEL